Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tak Bicara di Depan, Bukan Berarti Menusuk dari Belakang

17 September 2016   10:51 Diperbarui: 15 April 2019   14:15 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi model begini bisa dilakukan untuk memperhalus dan melindungi orang yang ingin diperingati, agar tak terbunuh karakternya. Walaupun pada kenyataanya lebih sakit dari diperingati secara langsung, ya terima sajalah, maksudnya antara yang langsung dan tidak sih sama saja, yaitu memperingati, cara dan sakitnya saja yang beda.

2. Bercanda Sarkastis, yang Tak Perlu Haha-Hihi

Saya pernah nulis status di Facebook saat Barcelona dikalahkan oleh Real Madrid. Status saya begini,”Kenapa ya Barcelona mengalah dari Real Madrid.” Teman saya langsung komen, “Jangan gitu bro, itu namanya culas dan nggak mengakui kekalahan.” Dengan serius nya dia komen, padahal saya bercanda.

Ada lagi, waktu itu Persib berhasil keluar sebagai juara Liga Indonesia (kalau saya tak salah ISL) setelah mengalahkan Persipura. Karena saya lebih suka Persipura, saya pun nulis status,” Horeee Persipura juara.” Nggak terima teman saya di Facebook langsung komen, dan nyuruh saya buka mata dan jangan ngaco.

Tiba-tiba besoknya, komennya bertambah, bahkan seorang teman dekat langsung membela saya dengan mengatakan kalau saya hanya bercanda.(Karena bikin gaduh, seingat saya status itu sudah saya hapus)

Nah sama halnya untuk mencoba mendengar yang tak diucapkan. Kita juga harus bisa menangkap canda, dalam kalimat yang tak diakhiri dengan ekspresi tawa haha-hihi. Canda model begini biasanya lebih ke arah sarkastis, jadi tidak seratus persen ingin menyampaikan joke atau lelucon. 

Tapi biasanya, pendapat atau kritik yang mereka sampaikan dibungkus dengan kalimat yang bernada setengah bercanda dan setengah mengejek. Agar jangan jadi orang yang reaktif, kita perlu memahami komunikasi model begini.

3. Merendah untuk Meninggikan Diri

Nah yang model begini pasti semua sudah tahu. Di dunia ini ada saja orang yang merendahkan diri, tapi bercita rasa meninggikan diri. Contoh, ”Ah aku sih nggak bisa masak, bisa nya cuman bikin masakan China, Italia dan Korea doang.” Nah yang begini nih, merendah untuk meninggi.

Saya nggak tahu, orang model begini sadar nggak sih kalau orang lain bisa tangkap kok maksudnya dia. Jadi maksudnya yang merendah itu pendengarnya tahu kalau itu sedang meninggikan diri sendiri. Orang Indonesia itu paling jago kalau menangkap maksud yang tersembunyi hehe.

Kalau menurut saya stop komunikasi model begini, dari pada malu sendiri. Karena pas kita sudah pergi biasanya orang begini suka di jadiin bahan tawa dan candaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun