Mohon tunggu...
Togi Simanjuntak
Togi Simanjuntak Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Rohaniawan, Aktivis Sosial & Kemasyrakatan serta pengajar skill Pementoran (Mentoring)

Lahir di Bandung, Remaja pindah ke Singapore menyelesaikan S1 di Ilmu Komunikasi USU Medan. Menyelesaikan S2 dibidang Kepemimpinan Kristen Institut Teologia Kalvari Jakarta (MA) Pernah bekerja sebagai penyiar di Radio Roris FM Medan dan outdoor event craetive (1990-1194) Terlibat sebagai relawan dan aktivis sosial dan kemasyrakatan. Penulis buku antara lain "The art Of Mentoring" Sekarang menjadi Rohaniawan Kristiani

Selanjutnya

Tutup

Politik

BANGKIT INDONESIA GEMILANG (Sebuah Pemikiran Untuk kebangkitan Indonesia)

25 Februari 2014   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BANGKIT INDONESIA GEMILANG (BIG)

DASAR PEMIKIRAN

Indonesia telah mencapai kemerdekaan selamahampir 69 tahun, tapi kenyataannya kemerdekaan yang telah diraih itu belum bisa membangkitkan Indonesia menjadi bangsa yang besar yang perekonomiannya bisa maju dan mensejahterakan kehidupan seluruh lapisan masyarakat.

Apa yang membuat Indonesia saat ini belum dikatakan menjadi sebuah bangsa yang besar ? Ada empat akar permasalahan utama yang menyebabkan Indonesia belum dikatakan sebagai sebuah bangsa yang besar.

Pertama : Indonesia memiliki hutang yang sangat besar.

Sebuah bangsa dikatakan menjadi bangsa besar jika lepas dari hutang sehingga perekonomian negara bisa dibangun secara mandiri.
Bank Indonesia melansir data terakhir mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Dari data tersebut, hingga Oktober 2013 utang luar negeri pemerintah dan swasta Indonesia mencapai USD 262,4 miliar (setara Rp 3.204 triliun). Angka ini terus naik dibanding pada September 2013 ketika total utang luar negeri Indonesia USD 259,9 miliar.
Dari data bank sentral yang dikutip merdeka.com Minggu (22/12), utang luar negeri tersebut terbagi menjadi utang luar negeri pemerintah dan bank sentral mencapai USD 125,8 miliar serta utang swasta sebesar USD 136,6 miliar.

Efek yang ditimbulkan dari adanya hutang tersebut tentunya mengakibatkan tingkat kesejahteraan penduduk yang sangat minim. Jumlah rakyat miskin tidak akan pernah berkurang malah cendrung kian bertambah. Jika menggunakan definisi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012, penduduk miskin di Indonesia sekitar 12,5 % atau 29, 13 juta jiwa. Pada tahun 2013 ada pada angka 11,23 %, prosentase ini setara dengan 27, 48 juta penduduk Indonesia.
Tetapi jika perhitungan tersebut menganut kemisikinan versi bank dunia (World Bank) maka jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2013, mencapai 97, 9 juta jiwa. Atau setara dengan 40 % penduduk Indonesia.

Kedua : Indonesia memiliki masalah korupsi yang sangat mengakar
Korupsi menjadi penyebab utama kegagalan sebuah bangsa untuk membangun bangsanya menjadi bangsa yang maju dan berkembang.
Presiden Bank dunia Jim yong Kim menegaskan korupsi merupakan permasalahan utama yang dihadapi negara-negara berkembang saat ini. Karena itu Kim akan menciptakan sebuah badan yang terdiri dari para ahli untuk meneggakkan hukum, sektor publik, financial, manajemen negara dan pembelian publik. Badan ini nantinya akan dijadikan sebagai alat untuk melawan korupsi.

Korupsi di Indonesia, nyata-nyatanya bukan tambah ditakuti malah tambah dilakukan secara terstruktur dan terang-terangan. Dari pegawai biasa, pejabat negara, kalangan legislatif dan para pemuka agama pun tak luput dari tindakan korupsi yang telah merugikan harta negara.
Yang paling memprihatinkan justru korupsi di Indonesia dilakukan oleh orang-orang yang duduk sebagai pemimpin lembaga tinggi negara.
Menurut data yang diliris oleh penelitian dan pelatihan ekonomika dan bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Jogjakarta, tentang hasil analisis terhadap 1365 kasus korupsi yang sudah mendapatkan putusan tetap dari Mahkamah Agung yaitu ada 1842 terdakwa koruptor selama tahun 2001 sd 2012 dengan nilai total hukuman financial sebesar Rp 15.09 triliun. Data tersebut jika dibandingkan dengan besaran jumlah nilai uang yang dikorupsi atau biaya esplisit korupsi yakni sebesar Rp 169.19 triliun.

Ketiga :Indonesia memiliki perpecahan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) yang sangat terbuka.

Para pendiri bangsa ini, sangat sadar bahwa Indonesia memiliki keragaman suku dan agama, itulah sebabnya dasar negara Pancasila disokong oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetap satu jua).
Tetapi saat ini, nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika sudah sangat pudar dan tidak dipahami oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Banyak peristiwa yang terjadi dilapangan menunjukkan justru nilai-nilai yang telah dicanangkan oleh para pendiri bangsa telah dinodai bahkan cendrung tidak dihargai.

Kasus perang suku di Indonesia, terakhir terjadi di Lampung Selatan pada tanggal 27 Oktober 2012 antara warga desa Balinugara dengan warga Desa Agom,yang menyebabkan beberapa rumah penduduk terbakar dan sekitar 3 orang warga tewas.
Kasus penyerangan antar golongan pun sering kali menimpa sebuah jamaah yang dianggap sesat , peristiwa terakhir terjadi pada tanggal 16 Mei 2013, dimana rumah ibadah jamaah yang dianggap sesat tersebut di desa Gempolan kecamatan Pakel kabupaten Tulungangung diserang dan dirusak oleh ratusan massa yang menganggap bahwa jemaah tersebut punya akedah yang sesat.

Seiring dengan perpecahan suku dan antar golongan, soal perpecahan agama pun sampai saat ini kerap berulang kembali. Penutupan rumah ibadah kristiani di Bekasi dilakukan oleh massa yang menolak kehadiran rumah ibadah tersebut di lokasi perumahan setempat dan juga penutupan rumah ibadah kristiani di perumahan Yasmin Bogor oleh sekelompok massa tertentu terkesan memberikan gambaran yang menonjol tentang perpecahan antar agama dan kepercayaan di Indonesia. Dalam beberapa peristiwa sering kali kelompok massa menggantikan peran aktif pemerintah yang seharusnya memberikan keputusan sesuai hukum berdasarkan UUD 45. Peristiwa-peristiwa tersebut tidak menyentuh rasa keadilan dan kebebasan beragama di Indonesia. Negara terkesan selalu absen saat penganut agama atau golongan kepercayaan tertentu, membutuhkan perlindungan untuk kebebasaan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

Indonesia masa kini berbeda dengan Indonesia masa lalu dalam hal keharmonisan hidup berdampingan sebagai pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda-beda.
Hari ini cendrung terjadi banyak kecurigaan diantara pemeluk agama di Indonesia.
Perpecahan SARA yang terjadi terus menerus di bangsa ini menjadi sebuah bom aktif yang berkekuatan sangat besar yang siap meletus kapan saja dan akan menyebabkan pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia!


Keempat : Indonesia memiliki kehancuran generasi muda yang besar sebagai aset dan penerus pembangunan bangsa.

Pemuda adalah aset dan potensi yang besar buat sebuah bangsa. Ditangan pemuda lah masa depan pembangunan bangsa dapat dilanjutkan secara berkesinambungan. Tak heran founding father Indonesia, Bung Karno pernah berkata “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Indonesia bisa bangkit dan menjadi bangsa yang besar jika para pemuda sejak dini dapat dibangun serta diperlengkapi secara keilmuan dan karakter yang baik. Karena nantinya ditangan mereka lah kepemimpinan dan pembangunan bangsa akan dieksekusi dilapangan.

Tetapi saat kini, masalah yang dialami oleh generasi muda di Indonesia sangatlah kompleks. Mulai dari wabah tawuran, genk motor, sex bebas, penggunaan narkoba, dll.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) Jumlah pengguna narkoba di Indonesia semakin mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Tahun 2008 pengguna narkoba di Indonesia mencapai 33 juta orang. Di tahun 2011 menjadi 3,8 juta orang dan di tahun 2013 naik menjadi lebih dari 4 juta orang.
Menurut BNN, sebanyak 22 % pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah kalangan pekerja yang menggunakan narkoba sebanyak 70 %. . Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap 70 % kalangan pekerja yang menggunakan narkoba tersebut, didapati bahwasebagian besar dari mereka memakai narkoba sejak menjadi pelajar.

Sepanjang tahun 2013, sebanyak 20 pelajar Indonesia tewas sia-sia karena tawuran, dari jumlah tersebut 12 orang adalah kalangan pelajar di Jakarta.
Komnas Perlindungan Anak mencatat sepanjang tahun 2013 terdapat 255 kasus tawuran antar pelajar di Indonesia. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang hanya 147 kasus.
Kejahatan yang dilakukan geng motor baik di Bandung dan di Bekasi yang semakin marak setelah ditelusuri dilakukan oleh kalangan pemuda dan remaja. Bahkan baru-baru ini, geng motor pelaku penjambretan dengan memakai senjata tajam dan air keras di Bekasi, setelah ditangkap didapati usia mereka masih 14 sd 18 tahun.
Belum lagi masalah hubungan sex bebas yang marak terjadi dikalangan pemuda dan remaja di Indonesia dan dikhawatirkan akan berdampak pada penyebaran AIDS yang kiat meningkat.
Tahun 2013, tercatat ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia yang mengidap HIV/AIDS. Dilihat dari faktor usia bahwa pengidap AIDS paling banyak terjadi pada kelompok produltif yaitu dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30 hingga 39 tahun.
Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 01 % di seluruh wilayah Indonesia dengan pengecualiaanProvinsi Papua dimana angka epidemik diperkirakan mencapai 2.4%.

SEBUAH STRATEGI UNTUK JALAN KELUAR

Setelah kita melihat keempat akar kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia tersebut diatas, maka pertanyaannya apa solusi atau way out yang bisa dilakukan agar Indonesia bisa bangkit menjadi bangsa yang bisa membangun dengan mandiri dan bisa menjadi bangsa yang gemilang? Ada tiga hal pokok atau hal yang utama yang bisa dilakukan sebagai sebuah strategi bagi solusi atas masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Nantinya ketiga hal pokok ini jika dilaksanakan dengan baik dan konsisten akan membuat masalah-masalah yang lainnya di bangsa ini dengan sendirinya akan turut terselesaikan.


Tiga hal pokoktersebut disingkat dengan BIG yaitu :
Pertama : Bergotong royong
Kedua : Integritas
Ketiga: Generasi muda

Aplikasi dari ketiga hal pokok tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama : Bergotong-royong
Bergotong royong adalah nilai-nilai yang luhur yang ada di bangsa Indonesia sejak dahulu kala, sayangnya nilai-nilai tersebut saat ini jarang didengungkan apalagi dilakukan.
Didalam nilai-nilai gotong-royong terdapat makna : kerjasama, saling membantu, hidup bersatu dan harmonis, kesetiakawanan sosial.
Seluruh lapisan masyarakatIndonesia harus kembali diajak untuk bergotong royong dalam membangun bangsa Indonesia. Tindakan-tindakan nyata dalam bergotong royong sangat sederhana, misalnya ; kerja bakti dilingkungan rumah, menyebrangkan orang tua dijalan, memberikan sedikit kelebihan beras kepada tetangga yang membutuhkan, dsb.

Praktek gotong royong ini sangat lah perlu dilakukan oleh semua lapisan masyarakat terlebih Indonesia berada dalam struktur alam yang setiap waktu bisa ditimpa bencana, seperti : gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, longsor, dsb.
Gotong royong harus kembali dikampanyekan atau diiklankan kepada segenap masyarakat Indonesia sehingga segenap masyarakat Indonesia bisa punya rasa saling memiliki satu sama lain yang pada akhirnya akan tercipta Indonesia yang aman, tentram dan damai, dimana setiap suku, agama, ras dan antar golongan akan hidup berdampingan dengan harmonis. Hal tersebut akan menjadi sebuah kekuatan besar untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan bangsa yang besar. Karena salah satu prasyarat mutlak dari sebuah bangsa untuk bisa membangun adalah bangsa tersebut ada dalam keadaan aman baik dalam situasi sosial maupun politik.

Praktek gotong royong yang sangat mengispirasi dan patut diapresiasi oleh seluruh masyarakat Indonesia yakni prakarsa yang dilakukan baru-baru ini oleh ratusan prajurit dari Batalyon Zipur 10 Kostrad yang melakukan penambalan jalan secara darurat di beberapa lokasi jalan rusak di kawasan jalur Pantura, Tuban, Jawa Timur. Kegiatan itu dialkukan pada tanggal 13 pebruari 2013 yang lalu. Kostrad menggelar normalisasi jalan agar tidak membahayakan pengguna jalan. Penambalan darurat itu, dimulai dari jalur Pantura dari Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur dengan melibatkan prajuirt Yonzipur 9 dan Yonzipur 10 Kostrad serta prajurit  TNI AD lainnya. Sebanyak 127  anggota Yonzipur Kostrad dikerahkan untuk menormalisasi jalan di daerah tersebut dengan bersenjata sekop dan cangkul. Ratusan prajurit Zipur Kostrad ini kemudian menutup lubang-lubang jalan menggunakan bongkahan kecil aspal yang dibawa menggunakan Truk.

Kemudian apa yang dilakukan oleh para personel TNI dengan bergotong royong membersihkan jalanan yang penuh debu vulkanik di Kediri juga patut diberikan apresiasi. Ribuan personel TNI dikerahkan untuk membersihkan pasir di jalan-jalan protokol Kota Kediri. Pengerahan pasukan itu juga melibatkan sejumlah alat berat, yang dilakukan pada tanggal 19 Pebruari 2014. Dilibatkannya sekitar 1.600 personel TNI itu untuk mempercepat normalisasi sarana infrastruktur jalan dari timbunan pasir. Belasan dump truk dilibatkan untuk mengangkuti pasir dari pinggir jalan. Jalan-jalan yang sudah dibersihkan kemudian disemprot air sehingga tidak berdebu.

Dengan bergotong royong maka segenap masyarakat dan bangsa Indonesia akan memiliki kesetiakawanan sosial yang menjadi modal besar bagi pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kedua : Integritas

Jika para pejuang dan pahlawan perebut kemerdekaan Indonesia saat ini masih hidup, maka mereka akan merasa bersedih atas apa yang mereka lihat setiap hari di bangsa ini.
Korupsi merajalela, dari mulai desa sampai kota dan pelakunya dari rakyat biasa sampai anggota dewan dan pemimpin-pemimpin aparatur negara. Tak ada satu lembaga pun di Indonesia ini yang bebas dari prilaku korupsi, termasuk lembaga penegak hukum, lembaga tinggi negara yang mengurusi umat beragama dan juga lembaga negara yang mengurusi perundang-undangan serta kasus hukum di Indonesia yang seharusnya mereka semua menjadi teladan dan penjaga terakhir dalam hal integritas itu sendiri (integrity keeper).

Indonesia telah lama kehilangan pemimpin yang berintegritas, tak heran di dalam kehidupan nyata terjadi berbagai penyimpangan menyangkut soal integritas. Tak hanya korupsi seperti penyelewengan anggaran pembangunan baik di pusat maupun daerah, perselingkuhan diantara pemimpin atau pejabat negara pun kerap terjadi, belum lagi soal pornografi di media sosial yang melibatkan semua kalangan, penolakan pasien oleh rumah sakit di berbagai pelosok di Indonesia, buang sampah sembarangan di kali dan sungai, penebangan dan pembakaran hutan, pencurian arus listrik, absennya anggota dewan dalam persidangan baik di sidang pleno maupun komisi, dsb.
Contoh kasus yang menyangkut soal integritas yaitu apa yang menimpa belasan pembantu yang diduga kuat dianiaya oleh istri dari seorang pensiunan pejabat lembaga penegak hukum negara. Kasus ini mencuat setelah diblow up oleh media massa.

Sebuah bangsa bisa membangun bangsanya sendiri dengan berhasil diawali dengan adanya para pemimpin sebagai pembuat dan pengawal dari strategi atau kebijaksanan pembangunan bisa memimpin dengan penuh integritas. Hal itu tentunya harus dibarengi dengan para staf dilapangan baik yang ada di pusat maupun di daerah sebagai pelaksana strategi pembangunan juga memiliki integritas yang kuat, sehingga semua dana-dana anggaran atau proyek tidak akan bocor dan bisa digunakan semaksimal mungkin untuk membangun bangsa.
Selanjutnya prilaku-prilaku integritas para pemimpin pun seharusnya dapat menjadi role model yang nantinya bisa ditularkan kepada semua lapisan masyarakat di Indonesia.
Integritas ibarat keran air, kalau integritas itu terjadi dari sumbernya (para pemimpin) maka seperti aliran air, ia akan mengalir lancar dan deras sampai tujuan yang hendak dituju.
Jika pemimpin diatas bisa menjadi contoh dalam hal integritas maka rakyat dibawah juga akan mudah untuk memiliki budaya hidup ber integritas sehingga budaya tersebut menjadi pondasi yang kokoh bagi pembangunan bangsa.

Negara tidak cukup hanya membuat undang-undang berupa hukuman yang berat terhadap pelaku korupsi. Negara harus berperan aktif mengumandangkan, melaksanakan dan mengkampanyaken pola hidup integritas pada semua lapisan masyarakat!
Media massa dan media sosial pun harus berperan aktif mengiklankan iklan layanan masyarakat tentang prilaku-prilaku yang berintegritas kepada masyarakat, sehingga bangsa Indonesia bisa membangun dengan dukungan prilaku yang sehat dan positif dari masyarakatnya sendiri.
Segenap lapisan masyarakat merindukan adanya pemimpin yang ucapan dan tingkah lakukanya selaras, pemimpin yang penuh dengan integritas. Tak heran beberapa pemimpin yang ada di Indonesia yang saat ini sering muncul di media sosial telah mendapat simpati dari banyak lapisan masyarkat di Indonesia karena ucapan dan tindak- tanduk mereka telah memberikan sebuah harapan akan Indonesia yang benar-benar dipimpin oleh pemimpin yang jujur dan berpihak kepada rakyat yang selama ini dianggap belum terealisasi.


Ketiga : Generasi

Pepatah mengatakan bahwa generasi muda itu “student today, leader tomorrow” atau ‘hari ini pelajar besok pemimpin.” Tak ada satupun pemimpin-pemimpin yang saat ini memimpin baik Presiden, Menteri, anggota MPR atau DPR, bahkan Ketua RT atau ketua RW, dsb tidak melalui proses usia remaja atau pemuda. Generasi muda yang hidup saat ini adalah bakal calon pemimpin bangsa kedepan!
Pembangunan sebuah bangsa bisa berhasil dan tetap memiliki perekonomian yang kuat, kalauberalihnya tongkat estapet kepemimpinan yang sehat dan mulus dari para pemimpin sebelumnya kepada pemimpin yang baru. Singapura adalah sebuah contoh yang baik tentang hal itu dimana Lee Kuan Yeuw sebagai bapa bangsa atau founding father Singapurayang menjabat perdana menteri pertama (1959-1990) telah melakukan regenerasi kepemimpinan yang baik kepada generasi yang lebih muda yakni Goh Cok Tong (1990-2004) dan selanjutnya Goh Cok Tong meneruskan kepemimpinanya kepada Lee Hsien Loong (2004-sekarang). Yang menarik ketika Lee Hsien Loong menjabat jadi perdana menteri ketiga, Lee kuan Yeuw diangkat menjadi Menteri Mentor atas Singapura.

Apa yang ditabur itulah yang dituai! Bayangkan jika para generasi muda di bangsa ini yang nantinya akan menjadi para pemimpin mendatang disemua lini kehidupan tidak memiliki wawasan pengetahuan, kemampuanserta budi pekerti atau karakter yang unggul, maka seperti apa jadinya jika mereka kelak menjadi para pemimpin aparatur negara, para politisi, pemimpin lembaga-lembaga pendidikan, pemimpin lembaga sosial, pemimpin masyarakat,dsb? Pastilah Negara dan bangsa Indonesia tidak akan bisa melaksanakan pembangunan dengan baik karena dipimpin oleh orang-orang yang tidak punya kapasitas bahkan karakter yang unggul. Kalau sudah seperti itu jangan pernah bermimpi bahwa bangsa Indonesia bisa bangkit menjadi bangsa yangbesar dan gemilang!

Oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah dan bangsa ini harus lebih memfokuskan kepada hal-hal yang berhubungan dengan masalah generasi muda!
Pemerintah dan para pemimpin di negara ini harus mau dan sanggup menjadi mentor bagi generasi muda di Indonesia. Generasi muda di Indonesia butuh kehadiran banyak ‘bapa’ yang berperan sebagai mentor untuk mengayomi, membimbing dan melatih para generasi muda supaya mereka bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang berhasil dikemudian hari.
Sehubungan dengan itu pemerintah harus menjadi fasilitator bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga-keluarga di Indonesia sehingga setiap orang tua (Ayah dan ibu) dapat mendidik anak-anaknya kepada hal-hal yang baik untuk mempersiapkan anak-anak mereka menjadi generasi penerus pembangunan bangsa.

Contoh sederhana yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah ; mencetak literatur-literatur yang bisa dibagikan secara gratis lewat kelurahan masing-masing di seluruh Indonesia, seperti literatur tentang bagaimana mempersiapkan kelahiran bayi yang baik, bagaimana mendidik anak-anak usia emas (golden age), bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak, bagaimana memberikan gizi yang baik kepada anak, bagaimana mencetak anak yang unggul, dsb.

Kalau itu dapat terealisasi maka kenakalan-kenakalan remaja seperti tawuran atau pemakaian narkoba, sex bebas, dsb dengan sendirinya angkanya bisa ditekan dari saat kini sehingga lama-lama angka tersebut bisa menjadi 0 (nol) %.
Selama ini terbukti angka pengguna narkoba di Indonesia bukannya menurun malah semakin naik dan diantara penggunanya adalah kalangan generasi muda. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pencegahan penggunaan narkoba di Indonesia belum efektif.
Pengedarnya ditangkap dan dihukum berat walaupun dalam kenyataannya di Indonesia ini hukumannya akhirnya bisa mendapatkan keringanan setelah naik banding, barangnya dibasmi tetapi pemakainya tetap ada setiap hari dan malah terdapat member atau pemakai baru.
Seharusnya pemerintah juga fokus kepada pencegahan dari akarnya dimana dari sejak dini atau usia belia, generasi muda dibekali dengan nilai-nilai dan ahlak yang baik dan wadahnya adalah dalam keluarga.

Everything start at home! Semuanya bermula dari keluarga. Jika keluarga-keluarga diperhatikan oleh pemerintah bukan hanya dengan program keluarga berencana saja yang dari dulu menjadi program unggulan pemerintah tapi dilaksanakan juga program-progran untuk mendukung keutuhan dan keharmonisan keluarga-keluarga di Indonesia khususnya yang tujuannya kepada pemberdayaan dan kepemimpinan generasi muda sejak dini, maka niscaya bangsa Indonesia akan bisa membangun dengan baik dan akan bangkit menjadi bangsa yang gilang gemilang!

Pemerintah bisa mencontoh negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, dimana di kedua negara tersebut di setiap distrik atau negara bagian dibangun community center-community center yang memiliki fasilitas seperti lapangan basket, futsal atapun badminton dan juga aula yang sedang untuk pertunjukkan seni.
Community center tersebut diperuntukkan khususnya buat penduduk disekitarnya yang usianya relatif masih muda sehingga mereka bisa melampiaskan ide dan hoby nya ke hal-hal yang positif bukan hal yang buruk atau merusak. Anak-anak muda di Singapura dan Malaysia hampir tak pernah melakukan tawuran karena pemerintahnya menjadikan generasi muda sebagai fokus dalam pembangunan bangsa dan negara.

PENUTUP

Jika boleh disimpulkan strategi yang sudah panjang lebar dijabarkan diatas adalah ; “Bangsa Indonesia bisa menjadi sebuah bangsa yang bangkit dan mengalami kegemilangan jika masyarakatnya bergotong royong dalam fondasi kehidupan yang penuh integritas dan keluarga berperan aktif mempersiapkan generasi muda sebagai penerus pembangunan dan kepemimpinan bangsa”

Strategi BIG adalah pendekatan yang terpadu yang layak untuk dipertimbangkan untuk dijalankan sebagai sebuah strategi bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia sehingga menjadi bangsa yang bangkit dan gemilang. Strategi ini bisa sebagai pemikiran pembanding untuk siapapun nantinya pribadi-pribadi yang akan dipercaya oleh segenap masyarakat Indonesia menjadi pemimpin negara Indonesia yang baru lewat pemilihan umum anggota legislatif dan pemilihan umum presiden 2014.

Salam BIG !!!
Bangkit Indonesia Gemilang !!!

Jakarta, 24 Pebruari 2014

Togi Simanjuntak.S.Sos,MA

Pemerhati dan pelaku pementoran generasi muda.
Pemimpin YOUR Ministries (Youth Obtains Unflagging Revival)
Penulis buku “The Art Of Mentoring”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun