Mohon tunggu...
Togi Simanjuntak
Togi Simanjuntak Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Rohaniawan, Aktivis Sosial & Kemasyrakatan serta pengajar skill Pementoran (Mentoring)

Lahir di Bandung, Remaja pindah ke Singapore menyelesaikan S1 di Ilmu Komunikasi USU Medan. Menyelesaikan S2 dibidang Kepemimpinan Kristen Institut Teologia Kalvari Jakarta (MA) Pernah bekerja sebagai penyiar di Radio Roris FM Medan dan outdoor event craetive (1990-1194) Terlibat sebagai relawan dan aktivis sosial dan kemasyrakatan. Penulis buku antara lain "The art Of Mentoring" Sekarang menjadi Rohaniawan Kristiani

Selanjutnya

Tutup

Politik

BANGKIT INDONESIA GEMILANG (Sebuah Pemikiran Untuk kebangkitan Indonesia)

25 Februari 2014   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BANGKIT INDONESIA GEMILANG (BIG)

DASAR PEMIKIRAN

Indonesia telah mencapai kemerdekaan selamahampir 69 tahun, tapi kenyataannya kemerdekaan yang telah diraih itu belum bisa membangkitkan Indonesia menjadi bangsa yang besar yang perekonomiannya bisa maju dan mensejahterakan kehidupan seluruh lapisan masyarakat.

Apa yang membuat Indonesia saat ini belum dikatakan menjadi sebuah bangsa yang besar ? Ada empat akar permasalahan utama yang menyebabkan Indonesia belum dikatakan sebagai sebuah bangsa yang besar.

Pertama : Indonesia memiliki hutang yang sangat besar.

Sebuah bangsa dikatakan menjadi bangsa besar jika lepas dari hutang sehingga perekonomian negara bisa dibangun secara mandiri.
Bank Indonesia melansir data terakhir mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Dari data tersebut, hingga Oktober 2013 utang luar negeri pemerintah dan swasta Indonesia mencapai USD 262,4 miliar (setara Rp 3.204 triliun). Angka ini terus naik dibanding pada September 2013 ketika total utang luar negeri Indonesia USD 259,9 miliar.
Dari data bank sentral yang dikutip merdeka.com Minggu (22/12), utang luar negeri tersebut terbagi menjadi utang luar negeri pemerintah dan bank sentral mencapai USD 125,8 miliar serta utang swasta sebesar USD 136,6 miliar.

Efek yang ditimbulkan dari adanya hutang tersebut tentunya mengakibatkan tingkat kesejahteraan penduduk yang sangat minim. Jumlah rakyat miskin tidak akan pernah berkurang malah cendrung kian bertambah. Jika menggunakan definisi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012, penduduk miskin di Indonesia sekitar 12,5 % atau 29, 13 juta jiwa. Pada tahun 2013 ada pada angka 11,23 %, prosentase ini setara dengan 27, 48 juta penduduk Indonesia.
Tetapi jika perhitungan tersebut menganut kemisikinan versi bank dunia (World Bank) maka jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2013, mencapai 97, 9 juta jiwa. Atau setara dengan 40 % penduduk Indonesia.

Kedua : Indonesia memiliki masalah korupsi yang sangat mengakar
Korupsi menjadi penyebab utama kegagalan sebuah bangsa untuk membangun bangsanya menjadi bangsa yang maju dan berkembang.
Presiden Bank dunia Jim yong Kim menegaskan korupsi merupakan permasalahan utama yang dihadapi negara-negara berkembang saat ini. Karena itu Kim akan menciptakan sebuah badan yang terdiri dari para ahli untuk meneggakkan hukum, sektor publik, financial, manajemen negara dan pembelian publik. Badan ini nantinya akan dijadikan sebagai alat untuk melawan korupsi.

Korupsi di Indonesia, nyata-nyatanya bukan tambah ditakuti malah tambah dilakukan secara terstruktur dan terang-terangan. Dari pegawai biasa, pejabat negara, kalangan legislatif dan para pemuka agama pun tak luput dari tindakan korupsi yang telah merugikan harta negara.
Yang paling memprihatinkan justru korupsi di Indonesia dilakukan oleh orang-orang yang duduk sebagai pemimpin lembaga tinggi negara.
Menurut data yang diliris oleh penelitian dan pelatihan ekonomika dan bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Jogjakarta, tentang hasil analisis terhadap 1365 kasus korupsi yang sudah mendapatkan putusan tetap dari Mahkamah Agung yaitu ada 1842 terdakwa koruptor selama tahun 2001 sd 2012 dengan nilai total hukuman financial sebesar Rp 15.09 triliun. Data tersebut jika dibandingkan dengan besaran jumlah nilai uang yang dikorupsi atau biaya esplisit korupsi yakni sebesar Rp 169.19 triliun.

Ketiga :Indonesia memiliki perpecahan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) yang sangat terbuka.

Para pendiri bangsa ini, sangat sadar bahwa Indonesia memiliki keragaman suku dan agama, itulah sebabnya dasar negara Pancasila disokong oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetap satu jua).
Tetapi saat ini, nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika sudah sangat pudar dan tidak dipahami oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Banyak peristiwa yang terjadi dilapangan menunjukkan justru nilai-nilai yang telah dicanangkan oleh para pendiri bangsa telah dinodai bahkan cendrung tidak dihargai.

Kasus perang suku di Indonesia, terakhir terjadi di Lampung Selatan pada tanggal 27 Oktober 2012 antara warga desa Balinugara dengan warga Desa Agom,yang menyebabkan beberapa rumah penduduk terbakar dan sekitar 3 orang warga tewas.
Kasus penyerangan antar golongan pun sering kali menimpa sebuah jamaah yang dianggap sesat , peristiwa terakhir terjadi pada tanggal 16 Mei 2013, dimana rumah ibadah jamaah yang dianggap sesat tersebut di desa Gempolan kecamatan Pakel kabupaten Tulungangung diserang dan dirusak oleh ratusan massa yang menganggap bahwa jemaah tersebut punya akedah yang sesat.

Seiring dengan perpecahan suku dan antar golongan, soal perpecahan agama pun sampai saat ini kerap berulang kembali. Penutupan rumah ibadah kristiani di Bekasi dilakukan oleh massa yang menolak kehadiran rumah ibadah tersebut di lokasi perumahan setempat dan juga penutupan rumah ibadah kristiani di perumahan Yasmin Bogor oleh sekelompok massa tertentu terkesan memberikan gambaran yang menonjol tentang perpecahan antar agama dan kepercayaan di Indonesia. Dalam beberapa peristiwa sering kali kelompok massa menggantikan peran aktif pemerintah yang seharusnya memberikan keputusan sesuai hukum berdasarkan UUD 45. Peristiwa-peristiwa tersebut tidak menyentuh rasa keadilan dan kebebasan beragama di Indonesia. Negara terkesan selalu absen saat penganut agama atau golongan kepercayaan tertentu, membutuhkan perlindungan untuk kebebasaan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

Indonesia masa kini berbeda dengan Indonesia masa lalu dalam hal keharmonisan hidup berdampingan sebagai pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda-beda.
Hari ini cendrung terjadi banyak kecurigaan diantara pemeluk agama di Indonesia.
Perpecahan SARA yang terjadi terus menerus di bangsa ini menjadi sebuah bom aktif yang berkekuatan sangat besar yang siap meletus kapan saja dan akan menyebabkan pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia!


Keempat : Indonesia memiliki kehancuran generasi muda yang besar sebagai aset dan penerus pembangunan bangsa.

Pemuda adalah aset dan potensi yang besar buat sebuah bangsa. Ditangan pemuda lah masa depan pembangunan bangsa dapat dilanjutkan secara berkesinambungan. Tak heran founding father Indonesia, Bung Karno pernah berkata “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Indonesia bisa bangkit dan menjadi bangsa yang besar jika para pemuda sejak dini dapat dibangun serta diperlengkapi secara keilmuan dan karakter yang baik. Karena nantinya ditangan mereka lah kepemimpinan dan pembangunan bangsa akan dieksekusi dilapangan.

Tetapi saat kini, masalah yang dialami oleh generasi muda di Indonesia sangatlah kompleks. Mulai dari wabah tawuran, genk motor, sex bebas, penggunaan narkoba, dll.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) Jumlah pengguna narkoba di Indonesia semakin mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Tahun 2008 pengguna narkoba di Indonesia mencapai 33 juta orang. Di tahun 2011 menjadi 3,8 juta orang dan di tahun 2013 naik menjadi lebih dari 4 juta orang.
Menurut BNN, sebanyak 22 % pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah kalangan pekerja yang menggunakan narkoba sebanyak 70 %. . Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap 70 % kalangan pekerja yang menggunakan narkoba tersebut, didapati bahwasebagian besar dari mereka memakai narkoba sejak menjadi pelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun