Urutan upacara dilakukan dengan tertib dan khidmat. Murid-murid sangat patuh pada aturan bahwa upacara pengibaran bendera harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena upacara bendera merupakan cara untuk menumbuhkan rasa nasionalisme semua rakyat Indonesia.
Tiba lah pada susunan acara terakhir, setelah laporan pemimpin upacara kepada Pembina upacara, ada hal yang sedikit berbeda dari biasanya. Kepala Sekolah memberikan informasi bahwa akan ada pengumuman penting yang akan disampaikan.
Suasana seketika menjadi tegang. Murid-murid saling berbisik, mencoba menerka pengumuman apa yang akan mereka dengar.
Pak Sakim, wali kelas Karina di kelas 4B, maju menuju podium. Karina dan barisan teman-temannya semakin bingung. Rezi sebagai ketua kelas juga pemimpin barisan 4B memberikan kode agar teman-temannya tidak bisik-bisik sehingga menimbulkan suara yang mengganggu.
Pak Sakim mengawali pengumuman itu dengan salam.
"Assalamualaikum warrohmatulahi, wabarakatuh." Semangat pagi, Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati, selamat pagi untuk seluruh anak-anakku tersayang."
"Wa'alaikumsalam warrohamtulahi wabaraktuh." Murid-murid dan para guru yang lain menjawab serempak.
"Pertama-tama Saya ucapkan alhamdulillah kita semua masih diberikan kesempatan untuk berkumpul di pagi yang cerah ini. Saya sangat bangga pada anak-anak didik yang sangat tertib sepanjang upacara ini berlangsung. Tapi ada hal yang membuat saya harus menyampaikan sesuatu. Mungkin ini pagi terakhir saya bisa membersamai seluruh personil di SDN 03 Jati Indah."
Pak Sakim nampak menarik napas panjang sebelum melanjutkan lagi kalimatnya. Wajahnya memerah seakan menahan tangis. Lapangan upacara seketika hening seperti tak ada ativitas apa -apa di sana. Semua menunggu Pak Sakim melanjutkan kalimatnya.
"Anak-anak, Bapak ijin undur diri dari sekolah kita yang tercinta ini. Bukan Bapak tidak menyayangi kalian tapi jika ada yang mengingat kata-kata Bapak, bahwa kita semua harus punya mimpi, dan saat ini Bapak sedang mengejar mimpi itu. Bapak harap kalian tetap rajin belajar. Ayah dan Ibu kalian bersusah payah membiayai kalian sekolah agar kelak kalian bisa hidup layak dan membantu banyak orang. Bapak mohon dibukakan pintu maaf jika selama mengajar di sini, ada hal-hal yang tidak berkenan di hati kalian."
Tak disangka, setelah Pak Sakim menutup kalimatnya dengan salam, murid-murid berhamburan keluar barisan dan memeluknya. Air mata tumpah ruah di pagi yang seharusnya menjadi pembuka hari. Tak terkecuali Karina, yang masih berusaha memastikan bahwa apa yang didengarnya adalah mimpi. Tangisnya tak lagi tertahankan.