"Aku ikut bahagia untukmu dan Bonnie, Neil." ucap wanita itu seraya memeluk pasangan suami istri baru itu.
"Terima kasih atas semua skenariomu, Saudariku. Kau memang luar biasa." bisik Bonnie di telinga Cathy.
"Maksudmu?" tanya Cathy dengan wajah bingung.
Bonnie menarik pelan tubuh wanita itu menjauh dari kebisingan. Ia mengeluarkan secarik kertas dari dalam tas pestanya.
"Ah, tidak!" Cathy memekik, menahan ledakan tawanya. Ia ingat betul itu adalah surat yang pernah diberikannya pada Neil sebelum ia mengajak Bonnie ke Motu Alofa.
"Hai, calon iparku. Lama tak mendengar kabarmu. Kuharap kau masih mencintai Bonnie. Setelah tak lagi bersamamu, aku pun tak pernah melihat Bonnie membuka hatinya untuk pria lain lagi. Ku harap kau masih menyimpan cinta kalian. Datanglah ke Motu Alofa dua hari setelah acara keluarga kami. Aku akan membawa Bonnie ke sana. Mungkin bagi Bonnie, Motu Alofa hanya mitos belaka, namun aku yakin kemunculanmu di sana akan kembali membuka memorinya tentangmu. Sampai jumpa di sana. Salam sayang, Catriona Campbell." Â Â
Cathy membaca ulang isi suratnya pada Neil waktu itu, ia tak menyangka Bonnie akan menemukannya tanpa sengaja.
"Puas kau memainkan drama ini?" alis mata Bonnie naik sebelah.
"Bagaimana, ya? Inginnya menyesal, tapi saat melihat wajahmu hari ini, aku justru bangga dengan kecerdasanku saat itu, Bonnie. Seperti katamu, bisa jadi pertemuanku dengan Edric di Motu Alofa adalah sebuah kebetulan sampai akhirnya kami menikah, begitu juga dengan kalian."
Bonnie tak dapat lagi menghindar ketika ucapannya beberapa tahun lalu dikembalikan lagi untuknya. Matanya mulai basah namun hatinya begitu hangat dan bahagia. Motu Alofa bisa jadi hanya sebagai perantara. Bisa juga memang punya daya magis yang luar biasa. Namun baginya, bagaimana pun caranya bertemu lagi dengan Neil, semua terasa indah pada waktunya.
Bekasi, 15 September 2024
Â