Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kotekatrip-25: Menjejak Haru di Bekas Kediaman Laksamana Tadashi Maeda

13 Agustus 2024   10:59 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:00 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu terus berjalan, kami pun diajak masuk ke Munasprok. Ditemani oleh Mbak Incess dari WKJ kami mulai berjelajah di bekas kantor asuransi pertama di Indonesia "Jiwasraya" itu.

Perumusan Naskah proklamasi terjadi di sana ketika bangunan itu menjadi kediaman Laksamana Tadashi Maeda, seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik.

Kok bisa seorang Jepang yang kala itu menduduki Indonesia mau dengan sukarela mempersilakan rumahnya untuk dijadikan tempat perumusan naskah proklamasi negara yang dijajah bangsanya? Kedekatan Tadashi Maeda dengan sejumlah tokoh politik di Indonesia adalah salah satu alasannya. Maeda juga menaruh simpatik pada perjuangan bangsa Indonesia dalam melepaskan diri dari penjajahan oleh negara lain.

Mbak Incess pemandu kami dari WKJ (koleksi pribadi)
Mbak Incess pemandu kami dari WKJ (koleksi pribadi)

Meja Makan tempat diskusi Soekarno, Hatta dan Ahmad Subarjo (foto pribadi)
Meja Makan tempat diskusi Soekarno, Hatta dan Ahmad Subarjo (foto pribadi)

Tak hanya itu, rumah Maeda dianggap sebagai lokasi paling aman dari serangan Jepang, mengingat rumah itu memiliki hak imunitas.

Hak imunitas adalah hak anggota lembaga perwakilan rakyat dan para menteri untuk membicarakan atau menyatakan secara tertulis segala hal di dalam lembaga tersebut tanpa boleh dituntut di muka pengadilan. Selain itu, hak imunitas juga dapat diartikan hak para kepala negara, anggota perwakilan diplomatik untuk tidak tunduk pada hukum pidana, hukum perdata, dan hukum administrasi negara yang dilalui atau negara tempat mereka bekerja atau hak eksteritorial. (mengutip Wikipedia)

Perumusan naskah proklamasi saat itu terjadi di ruang makan Tadashi Maeda. Walau terjadi di rumahnya, namun perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang itu tidak ingin ikut campur dalam diskusi antara Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo. Maeda memilih kembali ke kamar tidurnya dan memberikan waktu pada 3 tokoh penting Indonesia tersebut untuk menyelesaikan permasalahan bangsanya.

Tur dilanjutkan ke beberapa titik lain di bangunan dengan lahan seluas 3.914m2 itu. Salah satunya adalah bunker yang terletak di halaman belakang. Saya mendapat kesempatan untuk masuk dalam ruang bawah tanah berukuran 4x2 meter tersebut yang menurut infonya dahulu difungsikan untuk menyimpan arsip/dokumen penting milik Jepang dan juga menjadi tempat persembunyian. Tak ada benda penting di dalam sana. Justru saya kesal karena mendapati bekas sendok plastik yang sedikit merusak kebersihan ruang itu.

Masuk dalam bunker (foto pribadi)
Masuk dalam bunker (foto pribadi)

Bagian dalam bunker (foto pribadi)
Bagian dalam bunker (foto pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun