Tok! Lagi-lagi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia resmi ditetapkan UNESCO menjadi Warisan Budaya Takbenda Dunia pada hari Rabu, 6 Desember 2023.
Hal ini menyusul warisan sejarah asli Indonesia seperti wayang, keris, batik, angklung, Tari Saman, dan banyak lagi. Jamu menjadi WBTb ke-13 yang terpilih.
Membahas tentang jamu, ini bukan barang asing untuk saya pribadi. Sejak kecil, tiap pagi dan sore, selalu ada 'yayuk' penjual jamu yang memikul bakul berkeliling perumahan dengan berjalan kaki.
Yang menarik bukan pada bakul jamunya, melainkan pakaian yang para yayuk pakai. Yakni kebaya dengan kain jarik. Bukan perkara mudah pastinya harus memikul bakul berisi lebih dari 5-10 botol jamu setiap hari menggunakan pakaian yang membuat mereka tidak bebas bergerak. Namun nampaknya, hal itu memang menjadikannya sebuah ciri khas.
Di era modern ini, jarang dijumpai penjual jamu yang masih memakai kebaya dan kain jarik. Kini sudah berganti cukup menggunakan pakaian sopan dan menjualnya menggunakan sepeda kayuh atau sepeda motor. Tak hanya perempuan, laki-laki juga saat ini terlihat menjajakan jamu.
Selain itu, jika tak ingin menunggu tukang jamu yang melintas depan rumah, kita bisa dengan mudah membeli jamu di kios-kios Madura. Kios-kios tersebut bisa dengan mudah ditemukan di pinggiran jalan.
Jenis jamu yang banyak dikonsumsi keluarga adalah jamu beras kencur dan kunir asam.
Biasanya anak-anak kecil lebih doyan jamu beras kencur karena rasanya agak manis. Untuk remaja perempuan dan ibu-ibu biasanya kunir asam yang dicampur dengan air daun sirih. Sementara bapak-bapak akan lebih pilih jamu-jamu pahit seperti brotowali dan sejenisnya. Jangan lupakan air jahe tiap kali habis minum jamu, Air jahe yang bercitarasa pedas manis itu akan menjadi penetral rasa kuat dari jamu.
Seperti diketahui, jamu memiliki banyak manfaat. Selain untuk menjaga stamina, menyegarkan badan, juga bisa menjadi obat yang ampuh.
Untuk para ibu yang baru melahirkan, biasanya mereka akan diberikan asupan jamu agar jahitannya cepat kering dan stamina kembali stabil. Jamu juga diperuntukkan untuk ibu menyusui agar produksi ASI bertambah.
Masing-masing penjual jamu memiliki resepnya sendiri. Rasa jamu juga tergantung 'pembawaan' yang meraciknya. Saya pernah mendapat jamu yang rasanya terlalu manis. Padahal itu jamu kunir asam, bahkan rasa asamnya sampai hilang saking terlalu manisnya. Saya punya ayah yang memiliki riwayat diabetes melitus. Hal itu tentu saja membuat saya cukup mengontrol asupan makanan dan minuman untuk beliau.
Dari pada saya complain ke penjual jamunya, saya lebih pilih membuat jamu kunir asam sendiri. Manfaat jamu kunir asam banyak sekali. Jamu kunir asam ini juga sangat cocok untuk kondisi dunia saat ini yang sedang tidak baik-baik saja, sejumlah virus datang menyerang di penghujun tahun.Â
Melansir dari website halodoc.com kunir asam memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai sumber antioksidan, melawan infeksi, meningkatkan imun, menjaga kesehatan jantung, mengurangi risiko kanker dan masih banyak lagi.
Saya mau bagi resep cara membuat jamu kunir asam untuk "penderita diabetes" ala keluarga saya. Resepnya sangat mudah dan murah.
Bahan-bahan :
- 150 gram kunir/kunyit, cuci bersih
- 130 gram gula merah (pengganti gula pasir)
- 50 gram asam jawa
- 1,5 liter air
Â
Cara membuat :
- Kunir/kunyit dikupas kulitnya, cuci, parut. Bisa juga setelah dikupas dan dibersihkan lalu diblender.
- Panaskan 1,5 liter air hingga mendidih, masukkan kunyit asam yang sudah diparut atau diblender tersebut.
- Masukkan gula merah dan asam jawa lalu aduk-aduk
- Masak dengan api kecil kurang lebih 10-15 menit atau sampai airnya agak menyusut
- Setelah matikan kompor diamkan sampai agak hangat, saring.
- Masukkan ke wadah. Saya biasanya menggunakan botol kaca, karena jika dimasukkan dalam kulkas, aromanya tidak sampai keluar kemasan (lebih kedap udara) dan tidak mudah bocor kecuali memang pecah atau retak.
Ukuran bahan ini bisa menghasilkan sekitar 750ml liter jamu kunir asam yang segar.
Semoga bermanfaat.
Catatan : Untuk yang tidak memiliki masalah dengan gula darah, gula merah bisa diganti menjadi 80 gr gula pasir dan 60gr gula merah.
Semoga bermanfaat,
salam sayang,Â
Ajeng Leodita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H