Setelah dipastikan wine dalam gelas gadis itu habis, semua bertepuk tangan, termasuk Abid Konrad walau senyumnya kecut.
Sorina mendapat gilirannya, ia memutar botol itu. Botol kembali mengarah pada Helenka.
"Sejak kapan kau mencintai ayahku?"
"Dare! Berikan tantangan saja, aku tak mau ayahmu besar kepala."
"Ambil foto mendiang ibuku di atas nakas kamar ayah, dan letakkan di sini. Aku ingin ia ikut bermain bersama kita."
Helenka berusaha sekeras mungkin menahan rasa terkejutnya. Ia menarik napas panjang perlahan agar tak terdengar siapapun. Namun, Abid Konrad menangkap kekasihnya yang diyakini tidak baik-baik saja.
"Tak perlu begini, Sorina. Ada apa denganmu, Sayang?"
"Itu konsekuensi dalam permainan ini, Ayah. Tak ada yang boleh mengubahnya."
"Tak apa-apa, Konrad sayang, aku akan melakukannya demi calon anak tiriku," Helenka meninggalkan senyum yang mengerikan lalu berjalan cepat menuju kamar kekasihnya.
Helenka kembali dengan sebuah pigura kecil di tangan kanannya lalu menyerahkannya pada Sorina.
"Pasang foto itu di antara kalian. Biar ibuku hangat berada di tengah-tengahnya."