"Saya ada kebun kecil di rumah. Waktu Bapak bilang mau jual kebun itu saya langsung berpikir untuk membuat kebun sendiri karena saya yakin, kebun ini akan ada manfaatnya. Saya baru dengar dari petugas Puskesmas kalau rempah-rempah bisa membantu menghambat virusnya. Kunyit itu antibiotik topikal yang ampuh mencegah infeksi. Apa bapak mau?"
Dudi terdiam, tak ada satu kata pun yang ingin ia sampaikan selain ucapan terima kasih. Ia tak menyangka perbuatan dzalimnya masih tetap dibalas dengan kebaikan.
Dua tahun kemudian, ekonomi dunia mulai membaik. Orang-orang sudah mulai bekerja seperti biasa. Daya beli masyarakat beranjak stabil. Pak Dudi tak lagi berniat menjual tanah-tanahnya yang masih tersisa. Ia meminta Pak Wahyu untuk membantunya menggarap tanah tersebut untuk dijadikan lahan perkebunan.
Pak Dudi pun berencana untuk melibatkan Rio, anak Pak Wahyu, yang kebetulan kuliah di jurusan pertanian untuk memberikan penyuluhan pada para petani dan pekebun di desa ini untuk mulai menanam rempah. Gayung bersambut, momen ini bersamaan dengan jadwal rencana KKN Rio dan teman-temannya. Pak Wahyu dan Rio juga warga desa menerima ide Pak Dudi dengan penuh sukacita.
-Selesai-
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H