Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rempah-Rempah Si Penggerak Hati

9 September 2023   17:11 Diperbarui: 9 September 2023   17:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pngwing.com

Wahyu menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tersenyum mendengar jawaban Dudi walau ada kecewa yang menusuk hati. Hal bukan semata-mata memikirkan mata pencahariannya yang hilang, namun ini lebih pada soal perkebunan yang akan dialihfungsikan menjadi workshop. Dudi masih percaya bahwa berkebun rempah-rempah masih lebih banyak manfaatnya. Dan di desa ini, perkebunan rempah-rempah bekas miliknya adalah satu-satunya. Tak banyak pekebun yang berpikir untuk menanam jenis yang sama, di mata mereka tak banyak keuntungan yang akan didapatkan.

Namun, apa yang bisa dilakukan oleh Wahyu untuk menghalangi niat Dudi? Tapi, bukankah memang ada peraturan tak tertulis bahwa orang kaya boleh berucap dan berlaku apa saja seenak perutnya, kan?

*

"Bapak nggak ke kebun?" tanya Suparmi, istri Wahyu, ketika melihat suaminya nampak sedang sibuk mengukur-ukur halaman belakang rumah mereka.

Pria itu menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari meteran dalam genggaman. Kejadian beberapa hari lalu membuatnya tak ingin kemana-mana. Suparmi tahu ada yang tak beres dengan suaminya, pun suaminya tetap berkata bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Mau bikin apa, Pak? Kolam ikan, ya?" goda Suparmi.

"Mau bikin kebun kecil. Lumayan dari pada nggak ada,"

Suparmi terdiam, ia terus mengamati ekspresi wajah suaminya.

"Kan yang besar masih bisa kita tanami, ya biarpun tanahnya bukan punya kita lagi,"

"Sebentar lagi sudah nggak ada," balas Wahyu singkat.

Suparmi tahu, suaminya butuh waktu untuk mengatakan semuanya. Lebih dari 20 tahun menikah membuatnya paham bagaimana karakter pria paruh baya itu luar dan dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun