Aku tersenyum membaca tulisan itu. Ini seperti seorang yang polos mencoba membuat dongeng. Tapi, kenapa buku ini bisa ada di sini? Sepertinya aku harus membelinya. Buku ini unik. Aku akan menunjukkannya pada Luke. Dia pasti akan terkesima.
Baru hendak kututup buku itu, aku dikejutkan dengan munculnya sepasang suami istri dan seorang anak perempuannya yang cantik dengan rambut dikepang dua. Seharusnya aku tak terkejut, ini kan toko. Wajar saja jika ada pengunjung lain selain diriku. Bodoh!
Aku bergegas kembali ke lantai dasar. Pramuniaga tua tadi menyuruhku membayar di kasir sebelah pintu masuk. Namun, lagi dan lagi aku terkejut. Kondisi ruang bawah tak sama dengan saat awal aku masuk tadi. Ruangan itu gelap. Hanya sedikit cahaya yang masuk dari sela-sela atap toko yang berlubang.
 Sial, apa ini?
Aku memutari ruang bawah, tak ada pintu keluar. Dadaku sesak. Aku panik. Kemana Old Lubby tadi? Apa dia kesal sehingga menjebakku di toko ini? Aku mencoba kembali ke lantai atas, kejutan yang kesekian kali, tak ada rak-rak berisi kaset dan buku. Sepasang suami istri dan anak mereka pun lenyap. Tubuhku limbung. Pandanganku gelap.
---2---
Aku membuka mata perlahan, tubuhku terasa dingin. Aku berusaha mengenali keberadaanku saat ini. Ya, ini kamarku. Ini benar-benar kamar tidurku. Apa tadi aku bermimpi? Tapi semua terasa jelas sekali.
"Jeremy, lama sekali kau tidur. Lihat jam berapa ini?" Ibu menunjuk jam weker ada di meja kerja.
Jam 11 malam? Sejak jam berapa aku tidur?Â
"Apa aku benar-benar seharian di rumah?"
"Menurutmu? Seharian Ibu menunggumu bangun. Ibu memasak, memetik bunga-bunga yang layu, makan siang dan malam sendirian, memberi makan kucingmu yang menjijikkan itu, sampai menerima tamu anehmu."