Oleh karena itu, tidak banyak laki-laki yang mau terlibat dalam sebuah hubungan rumit yang penuh drama. Dan, hal itu pula yang tanpa sengaja sudah membentuk mental saya sebagai perempuan untuk tidak berdrama ria jika tengah menghadapi masalah.Â
Ketiga, saya jadi bisa lebih memahami perasaan laki-laki atau saya jadi bisa lebih tahu bagaimana seharusnya bersikap menjadi cewek yang menyenangkan kekasih saya setelah banyak mendengar curhat sahabat-sahabat saya itu.
Keempat, jika saya ingin melakukan sesuatu pada pasangan saya, terlebih dulu saya menceritakan kepada para sahabat saya dan melihat bagaimana respons mereka sebagai laki-laki. Sehingga saya sudah punya bayangan, apa yang akan terjadi jika hal tersebut saya lakukan.Â
Dan yang terakhir, kami bisa saling memberi saran dalam memilihkan pasangan. Ini hal paling seru sepanjang persahabatan saya dan mereka.
Pernah dengar sebuah quotes yang bunyinya, "Tidak ada yang namanya persahabatan murni dengan lawan jenis" kan?
Jujur, saya sangat tidak sepakat dengan ungkapan itu. Persahabatan dengan teman-teman lawan jenis ini sudah berlangsung selama belasan tahun, bahkan yang puluhan tahun pun ada. Lalu, apa ada hal yang terjadi lebih dari itu? Tidak! Saya bisa memberikan jaminan itu.
Mungkin karena di antara kami sudah tidak ada rasa sungkan, saling menceritakan "borok" tanpa rasa malu, sehingga yang kami punya hanya rasa sayang yang tidak lagi bermuara ke arah yang lebih dari sekadar persahabatan.
Jika kita seringkali merasa bingung dengan apa maunya pasangan karena dia banyak diam, hal itu sepertinya tidak akan terjadi pada orang-orang yang mengalami hubungan platonis. Tanpa dijelaskan pun, kita seperti sudah paham apa maunya orang tersebut, apa yang sedang terjadi padanya, dan kita harus melakukan apa.
Tapi, tidak ada sebuah hubungan yang selalu baik-baik saja, bukan? Platonic love ini juga punya kendala, lho. Yang jelas-jelas saya alami adalah saat satu per satu sahabat saya menikah. Hubungan pertemanan kami tentunya sudah tidak bisa sekarab dulu lagi.
Di sini saya memposisikan diri menjadi istri mereka. Mungkin saya juga akan merasa kurang suka jika suami saya dekat dengan perempuan lain. Apa pun alasan yang melatarbelakangi. Kita kembali lagi ke rumus perempuan menggunakan 9 perasaan dan 1 logika, sementara laki-laki menggunakan 9 logika dan 1 perasaan.