"Ada Maya dan teman-teman SMP-ku dulu buat acara di sini, semacam reuni gitu. Kamu tahu?"
"Reuni apa? Di mana? Maya siapa? Kamu kayak orang linglung begini sih, Ma?"
"Kamu cepat ke resto, ya, Pa. Aku mau kasih tahu ke mereka kalau kamu sehat-sehat aja,"
"Ok, tunggu, jangan kemana-mana,"
Sambungan telepon dimatikan. Mulan merasakan lemas di sekujur tubuhnya. Ia menangis lagi hari ini sambil terus memeriksa jam bertali rantai warna gold yang melingkar di pergelangan tangan seraya berharap Ariel datang lebih cepat.
30 menit berlalu, Mulan tak peduli apakah teman-temannya masih menunggunya di meja itu. Ia hanya ingin cepat bertemu dengan Ariel, suaminya.
Sesaat kemudian terdengar ketukan pintu beberapa kali.
"Masuk, Pa. Mama di sini,"
Pintu terbuka, sayangnya bukan Ariel yang ada di sana. Beberapa orang berseragam putih langsung mendekatinya tanpa permisi lagi.
"Bu Mulan, nggak betah di rumah sakit, ya? Nggak boleh kabur-kaburan terus, Bu. Setahun ini sudah dua kali begini. Yuk, sama saya." Â Mulan melihat Dani dengan pakaian yang berbeda dengan yang dilihatnya tadi saat mereka berbincang. Dhani berpakaian ala dokter, sementara berdiri di belakangnya 4 orang perawat wanita yang wajahnya sangat ia kenali. Maya, Pingkan, Meychan, Janeta tersenyum dingin ke arahnya.
"Tunggu ... tunggu dulu, suami saya sedang dalam perjalanan ke sini, kalian jangan aneh-aneh!"