Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ayah Kompas Hidup Sejati

11 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 11 Desember 2022   18:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa Anton? Tanya sang majikannya kembali. Begini, semakin toke perlakukan istimewa pada saya maka toke sendiri menghasut serta menghadirkan duri antar kami sesama pekerja di tempat ini. Karena sifat iri hati pasti ada di antara teman-teman. Apalagi kerja ini taruhan nyawa. Saya belum mau mati, Anak saya masih kecil, Ungkap Ato.

Sang majikan memahami maksud Anton Ato. Beberapa tahun kemudian ia memutuskan untuk pulang kampung bersama istri anaknya. Majikannya enggan melepaskan Anton Ato namun ia tetap pulang kampung. Sampai di kampung pun majikan selalu meminta kembali untuk tetap bekerja ditempatnya via surat atau titip pesan orang- orang kampung. Namun Anton Ato tidak mau dan hanya titip pesan bahwa "netak kajut goe maja kae jadi melarat pas kae" Kebun telah panggil saya. Untuk merantau sudah cukup, Katanya.

Dalam bekerja ia selalu menganut prinsip Ata rae ra'e, tite tite. Eka rae mari tite. Milik orang tetap menjadi milik orang,milik kita tetap menjadi milik kita. Janganlah mengklaim milik orang menjadi milik kita. pee nala nedi nae bele/ dosa besar yang tetap melekat. hal ini juga ia sampaikan pada kami anak-anaknya. walaupun hidup susah jangan sesekali mencuri atau mengambil barang orang lain.

Kata-kata ini layaknya kata sakti yang selalu disampaikan dari dulu sampai detik ini. Baik saat kami dalam asuhannya sampai dengan saat ini kami anak anak sudah berkeluarga. Kata-kata ini selalu disampaikan saat di meja makan ataupun berkumpul bersama-sama.

Untuk memotivasi kami sebagai anak dalam mengarungi bahtera kehidupan terutama sekolah Bapak selalu mengingatkan " Anak kita ini orang susah. Kalau sekolah,sekolah yang benar. Uang ada atau tidak ada itu urusan kamu. Tugas kamu sekolah dan untuk uang sekolah dan kebutuhan lainnya itu menjadi tanggung jawab kami sebagai orang tua. Tugas kamu "sekolah". Saya tidak mau kamu juga bodoh seperti Bapa. Sekolah itu penting buat kamu. Juara itu orang punya namun semangat kamu untuk sekolah itu yang bapa butuhkan, Ungkap Anto Ruron".

Ia begitu keras terutama bila mendapatkan kami tidak sekolah. Walaupun sakit ia tetap memaksa kami untuk ke sekolah. Kalau tidak sekolah maka siap-siap kena hukum. Hukum rotan, hukum tidak makan dan tidak boleh tidur di rumah itu wajib dijalani oleh saya dan adik-adik.

Teringat tahun 1999 saat itu di SMPS St.Isidorus Lewotala bersama dengan teman-teman isap rokok dan ketahuan. Ada beberapa jenis rokok kala itu populer diantaranya Rokok AB(Ado Bijang) MR, Bentoel Biru. Mendengar informasi tersebut Anton Ato marah dan menghukum saya dengan membakar sebatang rokok lalu membakar mulut saya.

Kata Bapak, kamu beli rokok ini pakai uang saya. Mau isap rokok kecuali kamu sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Saya dihadapkan dua pilihan. Pilih Rokok atau sekolah. Memilih rokok berarti tidak sekolah siap kerja kebun. Dengan nada yang cukup gemetar oleh karena rasa takut dan saya memilih sekolah. Dan mulai saat itu sampai dengan kuliah semester sepuluh saya tidak merokok. Kalau sekarang?...hheeaa...

Anton Ato tipe pekerja keras. Apa saja yang bisa ia kerja, ia tetap lakukan terutama berkaitan dengan tugas pokoknya sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari kebun yang digarapnya. kurang lebih sepuluh kebun yang kini digarap dan semuanya telah ditanam tanaman produksi. mulai dari kelapa, menteh, kemiri, coklat, kopi,pisang dan lainnya. dilihat dari rasio perbandingan antara lahan garapan dengan bebam kerja, amat tidak ideal. Karena satu orang harus rawat sepuluh kebun. Namun Anton Ato menyatakan bahwa saya sudah rasakan bagaimana hidup susah. Dan saya tidak mau anak istri saya meninggal atau susah hanya karena kita tidak bekerja. maka iapun tetap semangat untuk menanam apa saja selagi ada ruang untuk bisa ditanam.

Untuk menanamkan jiwa semangat dalam bekerja pada kami anak-anaknya, ia selalu membawa kami kala itu untuk selalu ke kebun kecuali ada kegiatan/les sore di sekolah. Mulai dari membersihkan rumput,tanam menteh,petik sayur dan lainnya. Walaupun saya anak laki-laki tunggal Bapak tidak menganakemaskan saya dalam keluarga. Semua diperlakukan sama bahkan selalu mendapat hukuman bila semua yang ditentukannya tidak dikerjakan oleh ade-ade saya.

Masih teringat dengan jelas saat di SDN Lamatou setiap ke sekolah saya dan adik adik membawa barang jualan untuk dijual. katanya sebagai uang jajan. saya tidak beri kamu uang jajan di sekolah, kamu cari sendiri tetapi dengan catatan hasil jualan tersebut selain jajan juga di simpan dalam celeng, Kata Bapa Anton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun