Melihat suatu teori sama halnya dengan mengkaji teori sampai pada dasar yang paling mendasari, dimensi-dimensi suatu teori mampu memperlihatkan teori sebagai suatu kesatuan dari realitas yang memiliki empat dimensi yaitu (1). Asumsi filosofis, (2) Konsep, (3) Hubungan Dinamis, (4) Prinsip. Kajian tentang suatu teori ini tentunya memiliki aspek paling mendasar yaitu konsep dan penjelasan dan tentunya prinsip yang pasti akan menjadi selalu kontroversial jika dipertanyakan kebenaran suatu teori tersebut.
Era media baru menyuguhkan suatu hal yang kompleks tentang apa bagaimana khalayak atau audiens media saat ini. Situasi di era serba digitalisasi sekarang ini menururt penulis cukup berbeda karena khalayak menjadi lebih aktif dalam mengkonsumsi media di era media baru.
Yang dulu dikenal sebagai massa penonton kini telah menghilang berubah karena popularitas kehadiran era media baru dimana khalayak atau audience bukan lagi penonton dan bukan lagi massa, dampak dari proses digitalisai dan konvergensi media yang penulis sering sebutkan diberbagai artikel/makalah tugas ilmu komunikasi lainnya sebagai sebagai masyarakat informasi.
Mengacu pada penulisan-penulisan yang mengkaji state of the art, teori Uses and Gratification pada 13 tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa teori tersebut sering dijadikan teori inti dalam kajian penggunaan media. Adakalanya beberapa penelitian memadukan teori Uses and Gratification tersebut dengan teori Media Dependency, yang dikembangkan oleh Ball Rokeach dan Melvin De Fleur. Sejalan dengan teori Uses and Gratification, khalayak atau audience bergantung pada informasi media untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.
Teori yang dikembangkan Elihu Katz, Jay G. Blumlerm, dan Michael Gurevitch ini, memiliki banyak perkembangan khususnya pada konsep gratifikasinya. Perkembangan yang pesat ini muncul setelah berkembangnya media baru atau internet. Media yang memenuhi kebutuhan khalayak mengalami perkembangan dari media tradisional ke media baru (internet), Populasi seperti yang ditinjau di atas cenderung dan didominasi oleh khalayak dunia maya atau online misalnya para pemilik dan pengguna email, browsers, bloggers, content creator, youtuber, netter (netizen), influencer, surbscriber dan lain sebagainya
Perspektif Aksiologi
Asumsi Aksiologis, mempertunjukan kajian dengan melihat ranah nilai-nilai. Nilai ini mempertunjukkan aspek yang paling penting dalam proses penelitian untuk mempertunjukan proses kajian suatu teori yang merujuk pada manfaat yang terkandung. (Bertens, 2013)
Media baru yaitu seperangkat teknologi komunikasi dengan macam-macam karakteristik yang berbeda kemudian dalam bentuk digital sehingga kemampuannya cukup luas sebagai alat komunikasi (McQuail, 2010:148). Dalam catatan McQuail (2010:141), adapaun perubahan-perubahan dalam media baru, sebagai berikut:
a.Konvergensi digital terhadap semua unsur media.
b.Aktivitas yang dinamis
c.Kegiatan penerimaan suatu pesan.
d.Ruang lingkup publik dan aktivitas pengguna.
e.Terbentuknya jalan masuk terhadap media, seperti melalui website-website tertentu.
McQuail (2004:144) mengemukakan penjelasan tentang perbedaan media baru dan lama yaitu, sebagai berikut:
a.Interactivity: Yaitu oleh respon dari pengguna terhadap “penerima” dari pengirim pesan.
b.Social Presence (Sociability): Dijalani oleh pengguna, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui penggunaan sebuah areal sedang.
c.Autonomy: Pengguna dapat mengontrol serta mengatur isi dan bersikap konstan kepada pengirim informasi.
d.Playfullnes: Digunakan untuk hiburan dan kenyamanan.
e.Privacy: Dijalankan dengan penggunaan rata-rata dan isi yang dipilih.
f.Personalization: Setiap individu adalah unik. Biasanya mereka memilih apa yang akan mereka gunakan dan butuhkan.
Adapun ciri khas media baru yang dikemukakan Feldman (1997) dalam Hastjarjo (2012: 144), bahwa media baru memiliki lima karakteritik, yaitu:
1.Media Baru Mudah Dipalsukan; Hal tersebut dapat dengan mudah dimanipulasi oleh seseorang karena sifat datanya yang terbuka dan mudah diakses oleh banyak orang.
2.Media Baru Bersifat Networking; Yang berarti semua konten yang ada di media baru dapat dikirim dan switch antar pengguna melalui jaringan internet.
3.Media Baru Bersifat Kompresibel; Semua konten yang ada di media baru, dapat diatur ukurannya dan kapasitas dapat diperkecil.
4.Media Baru Sifatnya Efektif; Kita membutuhkan ruang yang kecil untuk saving konten ke dalam media baru.
5.Media Baru Bersifat Imparsial; Semua konten yang terdapat didalam media baru tidak mengacu terhadap apapun. Media baru berhak diakses oleh siapapun tanpa pengecualian. Jadi setiap penggunanya dapat menggunakan secara bersamaan.
Perspektif Ontologi
Asumsi sudut pandang Ontologis dalam kajian teori memiliki aspek dan landasan konseptual, di mana manusia bergantung pada pemikiran baik secara kausalitas maupun secara konstruksi, dalam kajian ilmu sosial, khususnya dalam kajian komunikasi, ontologis berbicara dalam aspek keberadaan manusia atau mempertanyakan sesuatu yang paling mendasar. Kajian komunikasi melihat ontologis sebagai pusat dari interaksi sosial yang mendasari terciptanya komunikasi, hal ini mempertunjukkan bagaimana teori diciptakan berdasarkan dari cara seorang ahli teori mengonseptualisasikan suatu realitas.
Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya”.
Salah satu desain media online yang penggunaannya adalah media sosial yang telah menjadi fenomena yang dikenal dan diketahui banyak orang dengan interface yang terlihat sangat menarik. Dimulai dari sebuah aplikasi jejaring sosial yang bernama Friendster yang populer pada masa era awala 2000-an, kemudian media sosial messenger atau ber-kirim pesan secara realtime, menjadi suatu hal yang viral dan dikenal orang masyarakat Indonesia semenjak kehadiran BBM (Blackberry Messenger) jauh sebelum kemunculan Whatsapps messenger yang lebih banyak digunakan saat ini serta Facebook dan terus dengan kemunculan dan perkembangan aplikasi social media lainnya.
Akan menjadi sebuah hal yang aneh apabila seseorang tidak menggunakan sosial media dalam kehidupannya sehari - hari. Di tahun 2021 ini, telah hadir berbagai macam aplikasi media sosial yang dapat kita gunakan untuk terhubung dengan teman, saudara, dan bahkan dengan orang yang belum dikenal sekalipun. Penggunaan sosial media menjadi sebuah hal yang wajib dilakukan dalam kehidupan kita saat ini yang menitikberatkan pada saling terkait (inter - connected) dan saling terhubung. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll; dan atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll (Iswara, 2001).
Perspektif Epistemologis
Asumsi epistemologi mempertanyakan keberadaan dari teori tersebut sebagai bagian dari keilmuan dan aksiologi yang mempertanyakan nilai dari suatu teori atau manfaat teori tersebut. Hal ini tentunya mempertanyakan beberapa hal yaitu: (1). Pada tingkatan seperti apa manusia membuat pilihan-pilihan yang nyata?, (2). Bagaimana manusia sebaiknya memahami perilaku apakah sebagai bentuk atau sifat?, (3). Apakah pengalaman manusia menjadi hal yang berfokus pada individual ataukah sosial?. (4). Bagaimana komunikasi manusia dilihat sebagai sesuatu yang kontekstual?. pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang mampu mempertunjukkan aspek-aspek dalam suatu proses pembentukan teori, baik secara konstruksi realitas maupun dalam ranah kausalitas untuk menguji suatu teori.