Mohon tunggu...
HR
HR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perfectionist Man who try tobeabetterMan

Student of Media Communication | Post-Production | Production Assistant | Producer (Media) | Program Associate | Videographer | Video Editor | Project Manager | Driver | _QS. Al-Baqarah:153-QS. Ali'Imran:26-27-QS. Al Furqan:74

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hakikat Filsafat Komunikasi terhadap Media Massa

5 Desember 2021   23:39 Diperbarui: 6 Desember 2021   00:01 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media Sosial
Media Sosial merupakan salah satu media yang berkembang paling pesat. Sekitar 70% dari pengguna internet diseluruh dunia, juga aktif dalam media sosial. Media sosial seperti Facebook dan Twitter, sampai saat ini masih sangat tinggi tingkat penggunanya. Penggunaan media sosial telah menyebabkan segudang masalah, antara lain pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi budaya digital. Generasi yang tumbuh dalam budaya digital memiliki kecenderungan bersifat menyendiri (desosialisasi). Namun bagaikan pedang bermata dua, disatu sisi media sosial juga memiliki banyak manfaat.

Media sosial adalah sekumpulan aplikasi berbasis internet, beralaskan pada ideologi dan teknologi Web 2.0 sehingga memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten oleh penggunanya (Kaplan & Haenlein, 2010). Kendatipun berbeda dalam hal asumsi dan konsepnya, media sosial mempunyai kesamaan dengan media lainnya dalam hal titik fokusnya yang memusatkan kajian pada khalayak, dan sama dalam hal tradisi teorinya yaitu sosio-psikologis. Media yang memenuhi kebutuhan khalayak mengalami perkembangan dari media tradisional ke media baru (internet), bahkan ke aplikasi tertentu.
Media Televisi
Media massa televisi juga saat ini lebih mendominasi dengan tujuan yang menghibur. Fungsi dari media televisi menampilkan begitu banyak hiburan terhadap masyarakat yaitu salah satunya untuk mengendalikan atau menenangkan kondisi yang tegang pada saat ini. Manfaat media yang lebih jauh adalah untuk menciptakan suatu karakter positif untuk masyarakat menjadi tumbuh sebagai masyarakat yang demokrasi sesuai dengan cita-cita negara. (Castells, 2010).

Dilanjut dalam sistem informasi pada televisi di tahun 1990 sampai dengan 2012. Yang dimana pada masa orde ini Perkembangan televisi cukup mengalami peningkatan yang pesat. Dimulai dari adanya TV swasta di tahun 1991, maka informasi yang disajikan lebih berorientasi kepada masyarakat secara nyata. 

Dari segi jumlah penonton, kemudian sajian informasi yang ke arah sosial, dan waktu-waktu tertentu penayangan, juga tayangan-tayangan apa yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat. Di media pertelevisian saat itu membuat penilaian atau rating tayangan apa yang paling banyak ditonton oleh masyarakat sehingga Ia juga menggunakan strategi itu sebagai pemasaran suatu promosi bagi produk atau biasa kita sebut iklan.

Hakikat Filsafat Komunikasi
Louis O. Katsoff dalam bukunya “Elements of Philosophy” menyatakan bahwa kegiatan filsafat merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang saut dengan gagasan yang lainnya, menanyakan “mengapa”, mencari jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban pada pandangan mata. ilFsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, kerunut han, dan keadaan memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman. 

Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.

Pemikiran Whitney R. Mundt tentang Filsafat komunikasi berkaitan dengan kekuatan media dan prinsip fungsi media berikut hubungannya dengan negara serta keterpautan pemerintah dengan jurnalistik dimana keseimbangan selalu bergeser. Identifikasi perihal kepemilikan pers ( pers ownership) dan filsafat pers (pers philosopy), media itu sendiri bisa dimiliki secara pribadi yang didukung oleh periklanan dan langganan, atuaa dimiliki oleh partai politik yang disubsidi oelh dana partai atau anggota partai, atau bisa juga dimiliki oleh pemerintah dengan dana yang disediakan oleh keuangan negara. 

Dan juga masih tentang Pemikiran Whitney R. Mundt  yaitu tentang Media Massa, diantaranya; pertama adalah Media Massa yang bersifat OTORITER -- Dimana Sensor dan lisensi berada di bawaha kekuasaan penuh pemerintah, serta segala macam Kritik pubkik ditekan demi eksistensi sebuah kekuasaan. Yang kedua adalah SOSIAL- OTORITER, dimana Media Massa dimiliki olehi dan dikuasai pemerintah atau suatu partai pemerintah dimana bertujuan membangun ekonomi nasional atau filsafati. 

Yang ketiga, LIBERTARIAN yaitu tidak adanya pengawasan kecuali UU tentang suatu fitnah dan pornografi serta mengusung konsep Free market place of idea. Ke-empat adalah SOSIAL LIBERTARIAN, dimana sebuah pengawasan yang dijalankan sebuah pemerintahan secara minimal untuk menyumbat saluran komunikasi dan menjamin semangat operasional filsafat libertarian itu sendiri. Dan yang kelima adalah, SOSIAL SENTRALIS dimana sebuah Pers  atau Media Maasa atas dasar kemilikan pemerintah atau lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas untuk menjamin semangat operasional filsafat libertarian.

1. Asumsi Filosofis
Peranan suatu teori yang terlihat dari kebenarannya adalah aspek filosofis yang sangat mendasari, peran asumsi filosofis ini digunakan oleh semua ahli teori sebagai aspek untuk mempertanyakan bagaimana suatu teori tersebut dapat digunakan. (Bertens, 2013). Asumsi filosofis pembentukan teori memiliki asumsi yang selalu diterapkan yaitu asumsi ontologi, epistemologi dan aksiologi dari kajian teori tersebut (Bertens, 2013), di mana hal ini menjadi penentu suatu teori untuk memiliki landasan keilmuan.

Pembentukan suatu teori tercipta dari dasar pemikiran dan pertanyaan dalam proses blue print theory, penyusunan blue print theory di dasarkan pada pertanyaan- pertanyaan tentang gagasan metateoritik lain tentang teori-teori komunikasi dapat dicermati dari tulisan (Tubbs & Moss, 1996), (Littlejhon dan Foss, 2011), tentang genre dalam teori komunikasi. Genre dipahami sebagai salah satu cara untuk mengorganisasikan teori-teori komunikasi. Littlejohn mengemukakan ada 5 (lima) genre, yaitu structural fuctional, cognitive and behavioral, interactionist, interpretive.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun