Mohon tunggu...
Teddiansyah Nata Negara
Teddiansyah Nata Negara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ordinary People

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Gak Punya Apa-apa

3 November 2024   08:12 Diperbarui: 3 November 2024   08:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fadly sama Nata kalau mau belanja selalu ke warung Pak Kusdi, mungkin karena warung terdekat juga. Warung Pak Kusdi bentuknya seperti toko kelontong pada umumnya, tapi ada yang berbeda. Disana tersedia banyak buku-buku, dimulai dari buku tulis sampai buku bacaan. Kata Pak Kusdi sih itu niatnya supaya yang beli bisa sekalian baca juga, kalau mau beli bukunya buga boleh. Pak Kusdi punya niat untuk membuat orang gemar membaca.

Di hari ini, ada suasana yang gak biasa di warung Pak Kusdi. Disana ada banyak orang yang brekerumun, ada beberapa polisi juga. Faldy yang lagi mau belanja jadi kaget, warung Pak Kusdi jadi berantakan gak karuan. Dia akhirnya mendekati kerumunan warung Pak Kusdi itu dengan rasa penasaran.

Disana Fadly lihat ada Pak Kusdi yang lagi ditanya-tanya sama polisi. Semua orang disana pasang muka khawatir, kecuali Pak Kusdi. Setelah polisi itu beres bertanya ke Pak Kusdi, polisi itu menyuruh kerumunan itu buat bubar. Cuman tersisa Fadly dan Pak Kusdi di warung itu sekarang.

Fadly akhirnya mendekat ke Pak Kusdi, dan bertanya.

"Assalamu'alaikum, Pak" salam Fadly

"Wa'alaikumsalam. Eh, Fad. Mau belanja?" jawab Pak Kusdi

"Iya, Pak. Ada mie instan goreng sama telor?" kata Fadly

"Ouh, ada. Tunggu sebentar" jawab Pak Kusdi

Sambil nunggu Pak Kusdi ambil mie instan goreng dan telur pesanannya, Fadly duduk di kursi teras warung.

"Ini, Fad" kata Pak Kusdi sambil ngasih mie goreng instan ke Fadly

"Makasi, Pak. Ouh, iya. Maaf nih, aku mau nanya. Tadi ada apa ya, Pak?" kata Fadly

"Ouh, tadi itu warung kerampokan. Saya sih gak tau, saya lagi beli besin ke depan soalnya. Yang telpon polisi itu Pak RT, dia liat warung saya udah berantakan" jawab Pak Kusdi

"Tapi, Pak Kusdi gak apa-apa kan?" tanya Fadly lagi

"Enggak apa apa, kan saya lagi diluar" jawab Pak Kusdi

"Bukan itu, Pak. Ini loh, kan bapak pasti rugi lumayan" kata Fadly

"Rugi? Ah saya mah ikhlas, ini sudah jadi takdir saya" jawab Pak Kusdi

"Takdir? Kok takdir, Pak?" tanya Faldy lagi

"Iya, kan ini udah kejadian. Apa lagi namanya kalau bukan takdir. Kalau belum kejadian itu baru masih jadi nasib, dan bisa ditanggulangi" jawab Pak Kusdi

"Ouh. Qodha dan qodar ya, Pak?" kata Fadly

"Iya, ini juga pasti ada campur tangan kesalahan saya. Saya gak titipin warung ini ke orang lain, waktu saya pergi beli bensin"kata Pak Kusdi

"Warung aja yang dirampok, Pak? Barang punya Pak Kusdi ada yang ilang gak?" tanya Fadly

"Iya warung aja, barang didalem masih pada aman. Tapi itu juga bukan bunya saya" jawab Pak Kusdi

"Maksudnya, Pak?" Fadly heran

"Iya, barang ini bukan punya saya" jawab Pak Kusdi

"Ouh, warung bapak ini waralaba, baru tahu aku" kata Fadly

"Bukan gitu, Fad" kata Pak Kusdi sambil ketawa

"Lah. Terus gimana, Pak?" Faldy kebingungan

"Saya gak pernah punya apa-apa, ini semua titipan. Titipan Allah. Jadi kalau diambil lagi sama Allah lewat pelantara maling, saya harus ikhlas" jawab Pak Kusdi

"Gak sangka saya. Pak Kusdi bisa sekeren ini" kata Fadly sambil ketawa

"Semua ini titipan Allah, bahkan badan saya ini juga titipan. Saya itu bukan milik saya, makannya nanti bisa jadi diambil lagi sama Allah sebagai yang punya" jelas Pak Kusdi

"Jadi itu kunci ikhlas, Pak?" tanya Faldy

"Kira-kira begitu. Tapi kita sebagai manusia sering lupa, lupa kalau kita sebenernya gak punya apa-apa. Mungkin itu yang jadi alasan hal yang dititipin jadi diambil lagi" kata Pak Kusdi

"Maksudnya, Pak?" Fadly penasaran

"Kita merasa memiliki apa yang dititipkan ke kita, bisa jadi alasan yang dititipkan ke kita diambil yang punyanya. Kayak kamu titip motor ke saya, terus saya bilang ke orang-orang kalau motor itu kamu kasih ke saya buat jadi milik saya. Kan pasti kamu gak suka, dan akhirnya motor itu diambil lagi sama kamu" jelas Pak Kusdi

"Wah, bener juga. Keren Pak Kusdi" salut Fadly

"Ah, biasa saja. Saya bisa ngomong gitu juga karena dititipkan" kata Pak Kusdi sambil ketawa

"Dititipkan ilmu sama Allah ya, Pak?" kata Fadly

"Iya. Kalau dititipin istri, ya saya nikahin" jawab Pak Kusdi sambil ketawa keras

"Ah, ada ada saja" kata Fadly sambil ikutan ketawa

"Pak, saya pamit dulu ya. Mau masak mie ini di rumah" kata Faldy sambil berdiri

"Iya. Selamat masak, Fad" kata Pak Kusdi sambil habisin sisa ketawanya

Fadly jalan pergi dari warung Pak Kusdi, tapi dia keingetan sesuatu. Dia kayak ada yang kelupaan. Faldy garuk-garuk kelapa sambil inget-inget apa yang dia lupa. Pak Kusdi juga sama, dia kaya lupa sesuatu. Pak Kusdi celingak-celunguk sambil mikir apa yang dia lupa.

Waktu Fadly udah jalan lumayan jauh dari warung Pak Kusdi. Dia akhirnya sadar duluan, dan dia lari balik ke warung Pak Kusdi

"Pak, Pak Kusdi. Saya lupa bayar ini!" teriak Fadly

"Iya, Fad" jawab Pak Kusdi sambil ketawa karena inget

Karena teriakan Faldy, bikin Pak Kusdi jadi inget apa yang dia lupa. Ternyata Faldy belum bayar mie instan goreng sama telornya. Pak Kusdi pun ketawa denger Fadly lari sambil teriak manggil nama dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun