Mohon tunggu...
Tmarsyam
Tmarsyam Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Seorang freelancer penulis fiksi. Pengurus beberapa personal blog. Kunjungi akun instagramnya di tautan terlampir. Salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Belum "Mati"

18 Agustus 2018   18:37 Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:50 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"ibu ini bagaimana?"

Lalu aku menoleh dan bertanya kepada orangtua Rinto.

Mereka menghampiri Rinto dan mencoba menenangkannya. Mereka memopoh anak sulung mereka itu menuju kamarnya. Aku berdebar-debar melihat itu. Aku cemas bukan main. Dan aku juga tidak tahu harus meresponinya bagaimana lagi. Aku hanya bisa berdiam di posisi dudukku diruang tamu itu.

Tak lama berselang, Ibu Rinto kembali keruang tamu dan menghampiriku,

"maaf ya mba. Rinto memang suka begitu kalau cerita tentang kisah itu."

Ibu separuh baya itu pun menangis saat berkata seperti itu dihadapnku.

Lalu kugenggam kedua tangannya dan kutatap perlahan wajah yang penuh kesedihan. Aku bisa merasakannya.

"Ibu tidak harus minta maaf. Saya yang harusnya minta maaf, kenapa menerima permintaan Rinto bercerita."

Bu Marni-mama Rinto itu menggerakkan kepalanya dan memandang keluar jendela yang ada diruang tamu itu. Dia terdiam sejenak kemudian tangannya menyapu airmata yang sedari tadi keluar dari bola matanya.

"Ibu pikir ini akan menolong. Dia selalu bilang. Ma, biarkan dunia tahu. Ini penting. Biarkan ma! Begitu terus mba."

Dan kembali menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun