"iya masih. Baik ma, aku tunggu."
Seraya menunggu aku lanjutkan saja curhat ini kepada Nick. Mungkin ini akan jadi curhatan terlama dan mungkin juga aku akan sulit menemukan waktu yang pas untuk berbicara banyak seperti ini. Kini selepas mengakhiri pekerjaan pertamaku dari awalku keluar sebagai sarjana, juga bersama Nick dua tahun silam. Aku kembali pada tekad awalku untuk berbisnis. Dan saat ini bisnis yang aku jalani sudah sangat berkembang pesat. Tentu aku akan menghabiskan waktu yang lebih banyak lagi untuk menjaga kestabilan bisnisku itu.
Maka itu aku tidak tahu apakah aku akan dapatkan momen seperti ini lagi bersama Nick.
Uhm, memang waktu seolah berjalan begitu berat dan signifikan terutama dalam tiga tahun belakangan. Kami berdua tamat kuliah. Aku bertemu Kenia sebagai teman kantor lalu aku pacari. Kemudian kabar tentang Nick itu sendiri dan kemudian kabar pahit tentang ditinggal menikah oleh si wanita yang aku anggap akan jadi dewiku itu - Kenia tentu. Semua berjalan dengan sangat cepatnya. Sampai dada ini seolah tak cukup siap menampung udara yang aku harus legakan dikala semua ini terasa berbeban.
Dan akhirnya mama datang bersama papaku dan adik bungsu.
Semua kompak mengenakan seragam hitam di hari ini. Ini hari yang spesial pula untuk semua orang. Satu kemenangan besar setelah semua orang pada kepercayaan ini menyelesaikan satu bulan puasanya.
Yah, hari ini hari lebaran. Hari satu syawal.
"Kau sudah bacakan doa untuk Nick?"
"Sudah ma. Juga bunga itu." Seraya aku menunjuk pada satu ikat karangan bunga yang sengaja aku bawa untuk berziarah dimakam Nick.
Sungguh lepas air mataku sekarang. Yang sedari tadi bisa aku tahan. Yang sedari tadi tidak aku coba ingatkan pada diriku bahwa Nick sudah tidak bersama ku lagi sebagai jasad disini. Ia hanya ada dipikiranku. Ia hanya jadi penguatku dalam kuatnya perasaan bonding ini sebagai satu teman dekat bahkan label kami dari orangtua masing-masing sebagai seorang saudara satu sama lain.
Nick pergi meninggalkan kami semua tak lama berselang dari tamatnya kami kuliah.