Yah, betul sekali. Itulah Nick yang datang dengan sikap menjunjung tinggi nilai kesopanan terhadap orangtua. Dia tidak salah untuk itu, akulah yang sangat bersalah tentang apa yang aku sudah lakukan ke mama. Aku terlalu terbawa pikiran yang memberontak sehingga nada bicaraku tidak lagi selayaknya nada yang digunakan seorang anak pada mamanya.
Aku haruslah banyak belajar kepada Nick untuk urusan itu.
Kejadian itu kurang lebih tiga tahun yang lalu sebelum kami menyelesaikan kuliah kami atau bahkan sebelum aku mengenal Kenia - Sang mantan. Yah, dia sudah jadi mantanku saat ini. Satu kisah lain yang membuatku sedih bukan kepalang selain kesedihanku soal Nick. Mungkin nanti cerita ini akan aku ceritakan pula, tapi entah kepada siapa.
Aku ditinggal menikah oleh Kenia. Dia lebih memilih menjadi istri seorang artis yang aku pikir dia tidak terlalu terkenal. Soal kekayaan, aku pun merasa keluarga kami masih lebih kaya dari pasangan yang dia jadikan suami itu. Berbicara soal ketampanan pun, tanpa bermaksud untuk menyombongkan. Aku tidak kalah tampan dari dia, juga aku pun rajin untuk perawatan soal ketampananku.Â
Namun popularitas mengatakan hal yang berbeda. Aku sebetulnya sudah tahu ini sejak lama. Bukan tentang perselingkuhan itu, tapi soal keinginan Kenia yang ingin sekali menjadi terkenal. Menjadi seorang artis juga. Sama seperti pasangannya itu. Aku lihat memang sekarang ia mulai menjajaki dunia itu. Dunia keartisan yang sudah lama ia idamkan bahkan sejak kami berpacaran dulu.
"Kau tahu Nick, itu menyakitkan. Sangat sakit."
Dan aku selalu yakin pada kalimat yang Nick berulang kali katakan kepadaku. Juga aku yakin dia katakan juga saat ini.
"Apapun yang terjadi, Bro. Aku akan selalu ada untukmu. Seorang lain mungkin bisa meninggalkanmu tetapi tidak aku." begitu katanya.
Tanpa terasa aku telah menghabiskan waktu cukup lama berbincang dengan Nick. Dan suara handphone ku berdering seperti berjodoh saja menyadarkanku soal itu.
"iya ma!" jawabku diujung telpon.
"kamu masih disana, nak? mama mau menyusul!" ujar mamaku.