Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru - Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

{Cemburu} Perempuan yang Cemburu pada Permen Karet

4 November 2018   22:20 Diperbarui: 4 November 2018   22:35 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
int.search.tb.ask.com

Dia kemudian meneliti jalur distribusi bahan  permen karet untuk sampai ke pabrik  ke kota tersebut. Ternyata hanya ada satu jalur yaitu jalan yang memutar di sebuah kebun teh.  Aha...dia hampir menemukan kepingan puzzle tentang hilangnya permen karet di kota tersebut.

Hari kedua, polisi muda tersebut mendatangi kebun teh dengan diam-diam.  Dalam pengamatannya perkebunan teh hanya memiliki satu rumah yang berada di pinggir jalan.  Polisi muda itu kemudian menunggu mobil pengangkut bahan permen karet dari balik pohon Ki Hujan.  Dia kemudian melihat ada seorang perempuan cantik keluar rumah dan berdiri di pinggir jalan seperti sedang menunggu sesuatu.Tak berapa lama lewatlah sebuah mobil pengangkut barang.  Gadis cantik itu menyetopnya dan berbincang dengan supir mobil.  Kemudian turunlah seorang lelaki dari mobil pengangkut tersebut kemudian menurunkan beberapa kardus yang diletakkannya di samping rumah tersebut.

"Terima kasih pak," gadis cantik itu berkata kepada supir mobil sambil memberikan sesuatu seperti amplop.

"Jangan lupa besok mampir lagi ya!" Teriak gadis itu kepada supir mobil pengangkut. Cepat-cepat gadis cantik itu menyiramkan bensin pada kardus kardus yang baru diturunkan.  Ia kemudian melemparkan korek api pada kardus-kardus tersebut dan kemudian, wushhhh... api membakar kardus tersebut dengan lahap.  Apinya membesar dan anehnya gadis itu berteriak kegirangan menari-nari di depan kardus yang terbakar tersebut.

"Ha..ha..ha " 

"Ha..ha..ha"

"Rasakan , rasakan pembalasanku!" Gadis itu menjerit dan tertawa tetapi anehnya diapun berteriak lagi

"Jahat!"

"Kalian jahat!"

"Bukan mauku seperti ini,"

"Aku tak merebutnya, aku tak pernah menyuruhnya meninggalkannya," teriak gadis itu  sambil berlinang air mata.  Gadis itu tak menyadari, ada polisi muda di dekatnya yang sedang mengamatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun