Dalam Ruang Karantina
Saya dibawa ke Wollongong Public Hospital dan setelah membaca surat rujukan, langsung dibawa dengan kereta dorong untuk masuk ke ruang khusus. Â Hasil analisa dipastikan saya terkena pneumonia atau infeksi paru paru yang parah.Dan dicurigai TBC .
Orang Australia paling ngeri mendengarkan kata "TBC".Saya di karantina dan tidak boleh ditemani oleh isteri maupun anak.
Sangat sedih karena ditinggalkan di ruang isolasi sendirian.di negeri orang. Tetapi saya yakin,isteri saya jauh lebih merasakan kesedihan dibandingkan saya. Karena biasanya sejak menikah,kemana mana kami selalu berdua.
Karena jam besuk sudah habis,maka dengan air mata berlinang isteri saya  pulang bersama putri kami . Dan saya berada sendirian dalam kamar isolasi. Tangan dan kaki dipasangi infus dan begitu juga di hidung saya ada alat bantu pernafasan,karena saya sudah tidak mampu bernafas seperti biasa.
Sebulan Serasa Setahun
Hampir satu bulan saya dirawat di rumah sakit Wollongong. Berat badan susut dari 75 kg menjadi 56 Kg.Â
Putra kami datang dari Western Australia bersama Kevin cucu pertama kami  Dan berbisik:"Papa,jangan pikirkan biaya rumah sakit ,Semua biaya saya yang tanggung.'
Saya sangat terharu ,begitu besar kasih sayang putra kami,padahal total biaya 19.800 dollar atau senilai 200 juta rupiah. Tetapi syukurlah ternyata,karena saya memegang Senior Card dan Medicare Card,semua ditanggung oleh Pemerintah Australia
Pengalaman yang sangat menakutkan  dan menjadi pelajaran berharga bagi saya,agar kelak bila turun pesawat,setidaknya sebelah tangan harus bebas untuk memegang tangga pesawat.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi PembacaÂ
Tjiptadinata EffendiÂ