Fair Play  ,Kepedulian dan Tenggang Rasa Terhadap Sesama Peserta
Olahraga tidak selalu harus dikaitkan dengan "Menang atau kalah", be the Winner or The Looser . Seperti halnya,olahraga tinju,karate,jiujistu,Thai Boxing dan sebagainya. Dalam konteks olahraga bela diri, perserta harus memilih,jadi Pecundang atau Pemenang, Dibanting atau membanting. Dalam bahasa vulgar:"Kill or be killed"
Tidak ada istilah 'Win win solution" .Begitu juga dengan olahraga antara team sepak bola,yang saling berebut bola,demi meraih kemenangan. Tidak jarang demi raih kemenangan, ada pemain yang main Lagu
Olahraga UnikÂ
Ada olahraga yang justru mengajarkan bagaimana mengalahkan diri sendiri . Olahraga yang menantang maut,tapi sekaligus olahraga menantang nyali .
memupuk sikap mental untuk peduli pada peserta lain
tidak berebut lahan
Baca juga: Perlu Persiapkan Sikap Mentalmenjaga tenggang rasa
siap mengorbankan kepentingan pribadi demi  peserta lainnya
Hal ini saya alami secara pribadi,dalam ikut serta the most dangerous sport :"Hunting Abalone"Â
Tepat jam 07.00 pagi pluit dari Panita terdengar dan bagi yang tidak mendengar,karena deru ombak,akan ada peserta lainnya yang mengingatkan :"Hi it time to start hunting " Maka ratusan orang mulai menuju ke laut .melalui batu karang yang tidak jarang berisi jebakan,yakni lubang dalam,yang akan mengakibatkan cidera terluka atau patah,bahkan tewas .Ini bukan hasil prakiraan ,tapi sudah terjadi berulang kali.
Suatu waktu,saya memberanikan diri ,tetap ikut walaupun tidak ditemani putera kami yang sedang berada diluar negeri. Karena kurang hati hati,tetiba kaki saya kejeblos masuk lubang. Saya berusaha untuk naik,tapi ombak datang bertubi tubi, Walaupun air hanya sebatas pinggang,tapi gempuran ombak melemahkan tenaga. Syukur  perserta lain,dengan cepat membantu saya,walaupun berarti dirinya akan kehilangan waktu untuk berburu Abalone.Â
Seluruh kaki saya terluka ,akibat tergores karang tajam. Tapi karena tidak dalam,maka  saya tetap melanjutkan perburuan. Ada yang mau membantu memanggilkan para relawan ,tapi saya bilang nggak perlu. Karena kalau sudah berurusan dengan para Volunteer pasti saya disuruh naik kedaratan untuk diobati. Berarti hari itu saya gagal ikut berburu abalone
Kembali Kejudul
Saat saya sudah berdiri,karena didepan saya tampak beberapa Abalone yang masih dalam sela batu karang,maka tidak bakalan ada yang akan menyerobot., Walaupun tidak ada aturan tertulis,tapi setiap peserta memengang teguh tradisi ini,yakni tenggang rasa.Bila ada peserta yang sudah menemukan :"Sarang "Abalone,maka yang lain tidak boleh lagi menyerobotnya,apalagi sampai dorong mendorong.Â
Bahkan pernah saya terjebak di batu karang tajam. mau turun  harus melompat. Bila salah lompat.finish ! karena dibawa ada batu karang tajam siap menerkam. Ternyata ada 3 pria berbadan kekar ,mengatakan,
"Lompat ,kami siap menyambut."
Dan saya melompat dengan bobot tubuh 75 kg plus. Puji Tuhan,ketikanya membentuk life netting atau jaringan hidup demi menyelamatkan saya. Padahal sama sekali tidak kenal. Image bahwa orang kulit putih egoisme,pupus sudah dalam image saya.
Saat saya terbanting oleh ombak,ada saja yang membantu, saya untuk berdiri Sungguh merupakan sarana olahraga latih diri,untuk  mengalahkan diri sendiri ,yakni hunting Abalone
Kembali Ditemani Putera Kami
Sabtu tanggal 4 February,2023 kembali ada perburuan Abalone. Ada pesan WA,
"Papa mama,kita ketemu ditempat biasa."
Maka pagi pagi jam 5.30 kami sudah berangkat dari Burns Beach menuju ke Pantai. Didampingi putera kami, tentu saja saya semakin Pede. Walaupun kali ini ombak cukup besar, tapi didampingi putra kami, saya tidak perlu kuatir. Dalam waktu 30 menit 15 Abalone sudah ada dalam kantong.
Saya bersyukur kepada Tuhan, telah diberikan kesehatan lahir batin, sehingga dalam usia  segera 80 tahun saya masih bisa ikut berburu AbaloneÂ
Catatan tambahan semua foto dokumentasi pribadiÂ
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H