Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Inilah Olahraga yang Melatih Sikap Mental Para Peserta

5 Februari 2023   08:42 Diperbarui: 5 Februari 2023   12:07 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fair Play  ,Kepedulian dan Tenggang Rasa Terhadap Sesama Peserta

Olahraga tidak selalu harus dikaitkan dengan "Menang atau kalah", be the Winner or The Looser . Seperti halnya,olahraga tinju,karate,jiujistu,Thai Boxing dan sebagainya. Dalam konteks olahraga bela diri, perserta harus memilih,jadi Pecundang atau Pemenang, Dibanting atau membanting. Dalam bahasa vulgar:"Kill or be killed"

Tidak ada istilah 'Win win solution" .Begitu juga dengan olahraga antara team sepak bola,yang saling berebut bola,demi meraih kemenangan. Tidak jarang demi raih kemenangan, ada pemain yang main Lagu

Olahraga Unik 

Ada olahraga yang justru mengajarkan bagaimana mengalahkan diri sendiri . Olahraga yang menantang maut,tapi sekaligus olahraga menantang nyali .

memupuk sikap mental untuk peduli pada peserta lain

tidak berebut lahan

menjaga tenggang rasa

siap mengorbankan kepentingan pribadi demi  peserta lainnya

Hal ini saya alami secara pribadi,dalam ikut serta the most dangerous sport :"Hunting Abalone" 

Tepat jam 07.00 pagi pluit dari Panita terdengar dan bagi yang tidak mendengar,karena deru ombak,akan ada peserta lainnya yang mengingatkan :"Hi it time to start hunting " Maka ratusan orang mulai menuju ke laut .melalui batu karang yang tidak jarang berisi jebakan,yakni lubang dalam,yang akan mengakibatkan cidera terluka atau patah,bahkan tewas .Ini bukan hasil prakiraan ,tapi sudah terjadi berulang kali.

Foto dok. pribadi
Foto dok. pribadi

Suatu waktu,saya memberanikan diri ,tetap ikut walaupun tidak ditemani putera kami yang sedang berada diluar negeri. Karena kurang hati hati,tetiba kaki saya kejeblos masuk lubang. Saya berusaha untuk naik,tapi ombak datang bertubi tubi, Walaupun air hanya sebatas pinggang,tapi gempuran ombak melemahkan tenaga. Syukur  perserta lain,dengan cepat membantu saya,walaupun berarti dirinya akan kehilangan waktu untuk berburu Abalone. 

Seluruh kaki saya terluka ,akibat tergores karang tajam. Tapi karena tidak dalam,maka  saya tetap melanjutkan perburuan. Ada yang mau membantu memanggilkan para relawan ,tapi saya bilang nggak perlu. Karena kalau sudah berurusan dengan para Volunteer pasti saya disuruh naik kedaratan untuk diobati. Berarti hari itu saya gagal ikut berburu abalone

Foto dok. pribadi
Foto dok. pribadi

Kembali Kejudul

Saat saya sudah berdiri,karena didepan saya tampak beberapa Abalone yang masih dalam sela batu karang,maka tidak bakalan ada yang akan menyerobot., Walaupun tidak ada aturan tertulis,tapi setiap peserta memengang teguh tradisi ini,yakni tenggang rasa.Bila ada peserta yang sudah menemukan :"Sarang "Abalone,maka yang lain tidak boleh lagi menyerobotnya,apalagi sampai dorong mendorong. 

Bahkan pernah saya terjebak di batu karang tajam. mau turun  harus melompat. Bila salah lompat.finish ! karena dibawa ada batu karang tajam siap menerkam. Ternyata ada 3 pria berbadan kekar ,mengatakan,

"Lompat ,kami siap menyambut."

Dan saya melompat dengan bobot tubuh 75 kg plus. Puji Tuhan,ketikanya membentuk life netting atau jaringan hidup demi menyelamatkan saya. Padahal sama sekali tidak kenal. Image bahwa orang kulit putih egoisme,pupus sudah dalam image saya.

Saat saya terbanting oleh ombak,ada saja yang membantu, saya untuk berdiri Sungguh merupakan sarana olahraga latih diri,untuk  mengalahkan diri sendiri ,yakni hunting Abalone

Foto dok. pribadi
Foto dok. pribadi

Kembali Ditemani Putera Kami

Sabtu tanggal 4 February,2023 kembali ada perburuan Abalone. Ada pesan WA,

"Papa mama,kita ketemu ditempat biasa."

Maka pagi pagi jam 5.30 kami sudah berangkat dari Burns Beach menuju ke Pantai. Didampingi putera kami, tentu saja saya semakin Pede. Walaupun kali ini ombak cukup besar, tapi didampingi putra kami, saya tidak perlu kuatir. Dalam waktu 30 menit 15 Abalone sudah ada dalam kantong.

Saya bersyukur kepada Tuhan, telah diberikan kesehatan lahir batin, sehingga dalam usia  segera 80 tahun saya masih bisa ikut berburu Abalone 

Catatan tambahan semua foto dokumentasi pribadi 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun