Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penulis Zaman Dulu Kere, Penulis Zaman Kini Keren?

28 Maret 2022   21:08 Diperbarui: 28 Maret 2022   21:40 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : istockphoto .com

 

Beda Zaman Beda Sudut Pandang

Sejak saya masih kecil yakni tiga perempat abad lalu, yang namanya Penulis ataupun Wartawan  adalah sosok yang "rancak dilabuah" Artinya popular di media dan dalam masyarakat,tetapi amat jarang ada Penulis atau Wartawan yang hidup dalam berkecukupan,kalau hanya mengandalkan hidup dari penghasilan sebagai Penulis. 

Karena itu bila seorang pria melamar seorang gadis dan memperkenalkan diri sebagai Penulis maka yakin calon Mertua akan mikir dulu seribu kali sebelum mengizinkan puterinya hidup sengsara dengan seorang Penulis.

Gambaran secara umum terhadap Penulis ,apakah ia seorang Wartawan atau Penulis yang mengisi rubrik di salah satu media maupun majalah adalah sosok yang tampil tidak rapi.

Mengendarai sepeda motor butut dan kerja dari pagi hingga larut malam. Makan siang diwarung bawah tenda ,kalau lagi dapat honor dan bila kantong lagi kosong,makan siang cukup diisi sepotong ubi rebus atau pisang goreng. 

Inilah gambaran umum tentang Penulis dimasa lalu. Nama saya sempat tercantum  sebagai Staf Redaksi di Majalah Beringin Nusantara ,tanpa gaji ,hanya karena sebagai penghargaan bagi saya karena ikut menjadi Kontributor bagi majalah ini. Karena itu ,saya berani bercerita,bahwa Penulis dimasa lalu dapat dikatakan kere. Pada waktu itu,maka ada yang namanya Kopdar sambil makan bersama.

Kopdar paling sambil minum kopi pahit. Menjadi Penulis dimasa tersebut adalah sebuah pengabdian. Pengabdian terhadap keluarga dan sekaligus pengabdian terhadap nusa dan bangsa,walaupun harus menjalani hidup yang dibawah standard.

Perubahan Zaman Membawa Perubahan Stigma Terhadap Penulis 

Setelah zaman berubah,maka stigma yang berbau negatif terhadap Penulis mulai berubah. Sebagai contoh,saya mengantarkan naskah ke PT Elekmedia Komputindo dengan mengemudikan kendaraan pribadi.

Dan hasil dari royalty 9 judul buku saya,tidak pernah saya pakai .Saya masukan dalam tabungan untuk ajak isteri jalan jalan keluar negeri. Dan ternyata impian tersebut jadi nyata. 

Buku karya tulis saya dinyatakan sebagai National Best Seller dan dicetak ulang hingga 15 kali. Total dari semua royalty selama 3 tahun,lebih dari cukup untuk saya bawa isteri jalan jalan ke Eropah. Hal yang tempo dulu adalah suatu hal mustahil

Karena kini,kebanyakan Penulis adalah berdasarkan hobi dan sama sekali tidak mengantungkan hidupnya dari hasil honor ataupun royalty dari karya tulisnya. Sehingga stigma suram tentang seorang Penulis telah mengalami perubahan total. 

Bayangkan ,saat kami travelling ke Italia dan Negeri Belanda,orang mengenal saya sebagai Penulis di Kompasiana .Bahkan di Italia saya disebut Jurnale atau Jurnalis,walaupun saya sudah berulang kali menjelaskan bahwa saya adalah Penulis dan bukan wartawan. Tapi bagi orang awam,Penulis dan wartawan dianggap sama saja. Bahkan di Australia juga banyak teman teman mengenal saya sebagai  "wartawan Kompas"

Kalau tempo dulu ada stigma negatif tentang wartawan envelope maka kini paradigma tersebut sudah punah. Bayangkan seorang Penulis bisa mentraktir puluhan orang makan di restoran ,mana mungkin ada yang berani menyodorkan envelope yang berisi "jigo ceng"  Penulis di Kompasiana tidak hanya yang  berdomisili di Nusantara,melainkan dari berbagai negara. Sebagai contoh : ada yang dari Jerman,Paris,Amerika Serikat dan China ,serta dari Australia.

Penulis di Kompasiana terdiri dari berbagai latar belakang kehidupan.  Baik latar belakang pendidikan maupun sosial  Menjadi Penulis di Kompasiana hanya sebagai hobi semata bukan profesi 

Karena itu ,berbahagialah kita yang menjadi Penulis  di era digital ini,karena tidak seorangpun berani menilai kita dengan  sejumlah uang dan mendiktekan kita harus  menulis apa. Kalaupun ada K Rewards, itu hanyalah sebagai bentuk penghargaan dari Admin Kompasiana kepada kita sebagai Penulis ,bukan sebagai bayaran

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun