16 Tahun Kepergian Nurcholish Madjid Yang Saya Kenal
Sewaktu pertama kali mulai menetap di Jakarta,kami tinggal di Bintaro Jaya,tepatnya di Jalan Pisok ,Sektor V. Berarti kami dan pak Nurcholish Madjid sesungguhnya berada dalam satu lokasi perumahan yang sama,yakni di Bintaro Jaya. Tapi pada waktu itu saya belum mengenal beliau.secara pribadi.
Walaupun sudah sejak lama ,saya mengaggumi buah pikiran beliau yang bersifat universal dan dapat diterima oleh semua kalangan. Yang esensialnya adalah bagaimana hidup rukun dalam berbagai segala keberagaman ,serta memahami bahwa setiap insan berhak untuk berbeda dengan kita. Bahwa perbedaan bukanlah suatu malapetaka,melainkan menjadi berkah bagi umat manusia bila disikapi secara bijak. Ini merupakan implementasi pribadi saya dalam membaca tulisan beliau.
Saya diperkenalkan oleh Pak Sudhamex (Ceo Garuda Food), yang sudah saya kenal sejak beberapa tahun sebelumnya. Tentu saja bukan dalam masalah yang berhungan dengan bisinis,melainkan karena urusan peribadi. Bahkan kami juga kenal dengan kakak kandung pak Sudhamex yang tinggal di Pati,Jawa Tengah dan sering bertemu pada waktu itu di Rumah Makan Kembang Joyo yang ownernya adalah pak Roy Manakit.
Dari pak Sudamex lah saya banyak mendapatkan masukan tentang pak Nurcholish Madjis dan kiprahnya dalam ikut membangun Indonesia melalui dunia pendidikan . Sejak itulah saya baru mengenal beliau secara pribadi.. Walaupun Sesungguhnya kami tinggal di Bintaro Jaya ,Sektor V ,sedangkan pak Nurcholish Madjid tinggal di Bintaro Jaya Sektor II
Banyak kisah tentang pak Nurcholish Madjid yang saya dapatkan dari pak Sudamex yang keduanya merupakan sahabat baik. Intinya adalah bahwa Pak Nurcholish Madjid, sudah selesai menjalani operasi transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping,di Guangdong, Tiongkok.
Dan sesudah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit di Singapore Akan kembali ke Indonesia dan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah,Jakarta.
Ditelpon Pak Sudamex
Begitu dapat kabar bahwa pak Nurcholish sudah kembali ke tanah air dan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah,saya ditelpon pak Sudamex :"Bagaimana kalau besok kita ketemu disana pak Effendi?” kata pak Sudhamex ditelpon.
“Baik pak. besok sekitar jam 7.00 malam kita ketemu di Rumah Sakit Pondok Indah”,jawab saya mengakhiri pembicaraan singkat kami pada hari itu.Saya diajak kesana .untuk memberikan terapi bioenergy kepada Pak Nurcholish,siapa tahu dapat membantu,meringankan rasa sakit yang diderita.
Sesuai dengan janji via telpon, esok harinya saya mengemudikan kendaraan dengan didampingi istri meluncur ke Rumah Sakit Pondok Indah.
Ternyata, walaupun kami tiba 5 menit sebelum jam yang dijanjikan,kami sudah ditunggu oleh pak Sudhamex Bersama sama kami langsung ke Bangunan C,di lantai 4 Disana hanya ada bu Omie , isteri Pak Nurcholish dan salah satu kerabatnya. Kami hanya berbicara seperlunya dengan bu Omi dan kemudian , merapat ketempat Cak Nur terbaring.
Kami berdiam diri dan berdoa di dalam hati masing masing serta membantu menerapi bersama isteri. Tidak ingin menganggu ,sekitar 30 menit kemudian,kami pamitan.Kami sempat dua kali mengunjungi beliau di Rumah Sakit Pondok Indah ini dengan tujuan yang sama ,yakni membantu meringankan rasa sakit beliau dengan terapi bioenergi.
Berkunjung ke Rumah di Bintaro
Selang beberapa hari kemudian, saya dapat dari Pak Sudahmex,bahwa pak Nurcholish Madjid sudah diijinkan pulang kerumah untuk dirawat jalan .Maka saya dan isteri mengunjungi beliau ke Bintaro Jaya,sektor II. Sempat dituntun oleh bu Omie dengan komunikasi lewat Hp .
Karena walaupun sama sama berada dalam satu komplek. ternyata saya keliru mengambil jalan. Syukur ada bu Omie yang menuntun lewat komunikasi di Ponsel.
Rumah kediaman Pak Nurcholish sederhana dan tak banyak beda dengan rumah dimana kami tinggal di sektor V. Sewaktu kami tiba,tampak Pak Nurcholish , sedang makan bubur,ditemani oleh bu Omie .
Kami menunggu hingga pak Nurcholish selesai makan Pak Nurcholish sudah bisa berkomunikasi dengan lancar, walaupun suaranya masih lemah.” yaa, sudah agak baikan dan sudah bisa makan bubur sedikit sedikit, Tapi kata dokter, butuh waktu yang agak panjang untuk bisa pulih kembali.” Kata pak Nurcholish.
Sempat bercerita tentang putra beliau yang melanjutkan studi di Amerika Serikat,yakni Nadia Madjid dan Mikail Madjid.Senang sekali mendengarkan beliau sudah dapat berkomunikasi dengan lancar. Seakan sebuah titik terang ,yang memberikan sebuah harapan kesembuhan.
Pertemuan Terakhir
Namun ternyata itulah pertemuan kami yang terakhir.Karena sesudah itu kami berangkat ke Australia. Tanggal 29 Agustus, tahun 2005, kami mendapatkan kabar duka ,bahwa beliau telah dipanggil Tuhan.dan dimakamkan di Kalibata,di Taman Makam Pahlawan. Nurcholish Madjid lahir di Jombang,Jawa Timur ,17 Maret ,1939 ,jadi terpaut 4 tahun lebih tua dibandingkan usia saya dan meninggal pada usia 66 tahun
Saya tidak merasa perlu menuliskan panjang lebar tentang kiprah Prof.Dr.Nurcholish Madjid,karena sudah banyak ditulis orang lain.Tulisan ini semata mata hanyalah merupakan kenangan pribadi ,sebagai salah seorang yang pernah kenal dan berjumpa beberapa kali dengan almarhum.,saya dan isteri merasa ikut kehilangan . Indonesia sudah kehilangan seorang putera terbaik,yang kini semakin langka
Mengenang 16 tahun kepergian pak Nurcholish Madjid, today 16 years ago......
Tjiptadinata Effendi