Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Kepergian Putera Terbaik Bangsa- Today 16 Years Ago

29 Agustus 2021   19:26 Diperbarui: 30 Agustus 2021   04:00 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

16 Tahun Kepergian Nurcholish Madjid Yang Saya Kenal 

Sewaktu pertama kali mulai menetap di Jakarta,kami tinggal di Bintaro Jaya,tepatnya di Jalan Pisok ,Sektor V. Berarti kami dan  pak Nurcholish Madjid sesungguhnya   berada dalam satu lokasi perumahan yang sama,yakni di Bintaro Jaya. Tapi pada waktu itu  saya belum mengenal beliau.secara pribadi.  

Walaupun sudah sejak lama ,saya mengaggumi buah pikiran beliau yang bersifat  universal dan dapat diterima oleh semua kalangan. Yang esensialnya adalah  bagaimana hidup rukun dalam berbagai segala keberagaman ,serta memahami bahwa setiap insan berhak untuk berbeda dengan kita. Bahwa perbedaan bukanlah suatu malapetaka,melainkan menjadi berkah bagi umat manusia bila disikapi secara bijak. Ini merupakan implementasi pribadi saya dalam membaca tulisan beliau. 

Saya diperkenalkan oleh  Pak Sudhamex (Ceo Garuda Food), yang sudah saya kenal sejak  beberapa tahun sebelumnya. Tentu saja bukan dalam masalah yang berhungan dengan  bisinis,melainkan karena urusan peribadi. Bahkan kami juga kenal dengan kakak kandung pak Sudhamex yang tinggal di Pati,Jawa Tengah dan sering bertemu pada waktu itu di Rumah Makan Kembang Joyo yang ownernya adalah pak Roy Manakit.

Dari pak Sudamex lah saya banyak  mendapatkan masukan tentang pak Nurcholish Madjis dan kiprahnya dalam ikut membangun Indonesia melalui dunia pendidikan . Sejak itulah saya baru mengenal beliau secara pribadi.. Walaupun Sesungguhnya kami tinggal di Bintaro Jaya ,Sektor V ,sedangkan pak Nurcholish Madjid tinggal di Bintaro Jaya Sektor II

Banyak kisah tentang pak Nurcholish Madjid yang saya dapatkan dari pak Sudamex yang keduanya merupakan sahabat baik. Intinya adalah bahwa   Pak Nurcholish Madjid, sudah selesai menjalani operasi transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping,di Guangdong, Tiongkok. 

Dan sesudah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit di Singapore Akan  kembali ke Indonesia dan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah,Jakarta. 

Ditelpon Pak Sudamex 

Begitu dapat kabar bahwa pak Nurcholish sudah kembali ke tanah air dan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah,saya ditelpon pak Sudamex :"Bagaimana kalau besok kita ketemu disana pak Effendi?” kata pak Sudhamex ditelpon.

“Baik pak. besok sekitar jam 7.00 malam kita ketemu di Rumah Sakit Pondok Indah”,jawab saya mengakhiri pembicaraan singkat kami pada hari itu.Saya diajak kesana .untuk memberikan terapi bioenergy kepada Pak Nurcholish,siapa tahu dapat membantu,meringankan rasa sakit yang diderita.

Sesuai dengan janji via telpon, esok harinya saya mengemudikan kendaraan dengan didampingi  istri meluncur ke Rumah Sakit Pondok Indah. 

Ternyata, walaupun kami tiba 5 menit sebelum jam yang dijanjikan,kami sudah ditunggu oleh  pak Sudhamex Bersama sama kami  langsung ke Bangunan C,di lantai 4 Disana hanya ada bu Omie  , isteri Pak Nurcholish dan salah satu kerabatnya. Kami hanya berbicara seperlunya dengan bu Omi dan kemudian , merapat ketempat Cak Nur terbaring.

Kami berdiam diri dan berdoa di dalam hati masing masing serta membantu menerapi bersama isteri.  Tidak ingin menganggu ,sekitar 30 menit kemudian,kami pamitan.Kami sempat dua kali mengunjungi beliau di Rumah Sakit Pondok Indah ini dengan tujuan yang sama ,yakni membantu meringankan rasa sakit beliau dengan terapi bioenergi.

Berkunjung ke Rumah di Bintaro

Selang beberapa hari kemudian, saya dapat dari Pak Sudahmex,bahwa pak Nurcholish Madjid sudah   diijinkan pulang kerumah untuk dirawat jalan .Maka  saya dan isteri  mengunjungi beliau ke Bintaro Jaya,sektor II. Sempat dituntun oleh bu Omie dengan komunikasi lewat Hp . 

Karena walaupun sama sama berada dalam satu komplek. ternyata saya keliru mengambil jalan. Syukur ada bu Omie yang menuntun lewat komunikasi di Ponsel.

Rumah kediaman  Pak Nurcholish  sederhana dan tak banyak beda dengan rumah dimana kami tinggal di sektor V. Sewaktu kami tiba,tampak Pak Nurcholish , sedang makan bubur,ditemani oleh bu Omie .

Kami menunggu hingga pak Nurcholish selesai makan  Pak Nurcholish sudah bisa berkomunikasi dengan lancar, walaupun suaranya masih lemah.” yaa, sudah agak baikan dan sudah bisa makan bubur sedikit sedikit, Tapi kata dokter, butuh waktu yang agak panjang untuk bisa pulih kembali.” Kata pak Nurcholish.

Sempat bercerita tentang putra beliau yang melanjutkan studi di Amerika Serikat,yakni Nadia Madjid dan Mikail Madjid.Senang sekali mendengarkan beliau sudah dapat berkomunikasi dengan lancar. Seakan sebuah titik terang ,yang memberikan sebuah harapan kesembuhan. 

Pertemuan Terakhir

Namun ternyata itulah pertemuan kami yang terakhir.Karena sesudah itu kami berangkat ke Australia. Tanggal 29 Agustus, tahun 2005, kami mendapatkan kabar duka ,bahwa beliau telah dipanggil Tuhan.dan  dimakamkan di Kalibata,di Taman Makam Pahlawan.  Nurcholish Madjid lahir di Jombang,Jawa Timur ,17  Maret ,1939 ,jadi terpaut 4 tahun lebih tua dibandingkan usia saya  dan meninggal pada usia 66 tahun

Saya tidak merasa perlu menuliskan panjang lebar tentang kiprah Prof.Dr.Nurcholish Madjid,karena sudah banyak ditulis orang lain.Tulisan ini semata mata hanyalah merupakan kenangan pribadi ,sebagai salah seorang yang pernah kenal dan berjumpa beberapa kali dengan almarhum.,saya dan isteri merasa ikut kehilangan . Indonesia sudah kehilangan seorang putera terbaik,yang kini semakin langka

Mengenang 16 tahun kepergian pak Nurcholish Madjid, today 16 years ago......

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun