Akhirnya ,kami memutuskan pulang kampung . Bukan perkara mudah bagi kami,mengingat pada umumnya,orang Padang merantau dan baru akan pulang kampung setelah mampu mengubah nasib .Tapi kami sebaliknya,gagal dan pulang kampung
Setiba di Padang,tidak ada waktu bagi kami untuk meratapi nasib ,karena hidup masih terus berlangsung dan kami tidak ingin pulang kampun g untuk membebani orang tua kami. Maka saya,menyewa kedai  di Pasar Tanah Kongsi dan sekaligus menjadi tempat tinggal . Saya jualan kelapa dan isteri mengajar.
Pada waktu itu anak kami baru satu orang. Perjalanan hidup kami semasa ini,bagaikan bernafas dalam lumpur. Demi untuk makan sebungkus nasi rames untuk kami anak beranak,tidak jarang harus ngebon .Bahkan ketika putra kami sakit ,untuk berobat,saya menjual cincin kawinÂ
Pada saat saat seperti ini,terasa benar akan arti dan makna kalimat:"Ketika anda tertawa,maka seluruh dunia akan ikut tertawa bersama anda,tapi bila anda menangis,maka merataplah seorang diri"
Berkat kerja keras saya dan isteri dan doa yang tak pernah kami lupakan pagi,siang dan malam.akhirnya Tuhan membukakan jalan bagi kami untuk mengubah hidup. Badai kehidupanpun berlalu.Â
Kami menemukan turning point kehidupan dan setelah bertahun tahun menderita,nasib kami berubah bagaikan siang dan malam.Lagi lagi ingat akan pesan moral :"My destiny is in my hands and your destiny is in your hands" Nasib ada ditangan kita masing masing ,sedangkan takdir ada ditangan Tuhan.
Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan,setelah jatuh bangun dalam menghadapi badai kehidupan,akhirnya ketika kami sama sama menua,dapat menikmati kasih sayang anak mantu cucu dan cucu mantu,serta dikelilingi orang orang yang menyayangi kami.Â
Perjalanan panjang yang disertai perjuangan hidup yang tidak pernah mengenal kata menyerah,akhirnya kami dapat menikmati hidup damai dan bahagiaÂ
Terima kasih tak terhingga kepada semua sahabat yang telah mengingat kami dalam doa doanya