Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tukang Kampo Menggadaikan Nyawa Demi Sesuap Nasi

25 September 2020   20:22 Diperbarui: 25 September 2020   20:40 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apalagi daerah penghasil gambir ini berada di kampung halaman orang tua saya,yakni di daerah Kabupaten Limapuluh Koto (kota)

Karena mereka dapat langsung ke gudang si penjual di Padang untuk menengok mutu gambir dan kemudian bilamana terdapat kesepakatan harga, maka ditanda tanganilah Sales Contract, antara Penjual dan Pembeli.

ket.tanaman gambir, yang tumbuh di Kabupaten limapuluh koto/dokpri
ket.tanaman gambir, yang tumbuh di Kabupaten limapuluh koto/dokpri
Menyaksikan dari Dekat Cara Kerja Tukang Kampa (Kampo)

Para pekerja Tukang Kampo ini,tugasnya adalah memasukan daun gambir diantara dua sisi kayu yang sudah dipersiapkan.

Kemudian dijepit antara kedua belah balok tersebut dan  dipuku[ dengan pemukul dari kayu.

Hal ini  dilakukan berulang ulang kali,sehingga akibat tergencet diantara dua batang balok,maka dari daun gambir ini keluar getahnya yang ditampung dalam tempat penampungan.

Setiap kali memukul  balok yang mengapit gumpalan daun gambir tersebut,maka getarannya sangat menyakitkan tulang belulang.

Dan mereka mengerjakan ini sepanjang hari. Ketika saya mencoba memukul mengikuti gaya mereka dada saya serasa mau remuk dan sakit hingga tiga hari.

gambir yang sudah dicetak dan siap untuk dijemur/dok pri
gambir yang sudah dicetak dan siap untuk dijemur/dok pri
Rata-rata para pekerja gambir ini tidak mampu bertahan hingga usia tua. Karena pekerjaan untuk memproduksi gambir secara tradisional, yang dikenal dengan istilah 'kampa' sangat menguras tenaga mereka.

Karena setiap kali memukul kayu pengapit daun dan ranting tumbuhan gambir ini, getarannya sangat menyakitkan tulang belulang mereka.

Tidak heran, banyak dari antara mereka yang batuk darah di usia relatif masih muda, yakni sekitar  40 tahunan.dan bila sudah batuk darah,berarti sudah tidak lagi punya tenaga untuk melanjutkan pekerjaan sebagai tukang Kampa.Dan selanjut hanya menunggu waktu saja .

dokpri
dokpri
Menggadaikan Nyawa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun