Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tukang Kampo Menggadaikan Nyawa Demi Sesuap Nasi

25 September 2020   20:22 Diperbarui: 25 September 2020   20:40 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukang Kampo sedang mempersiapkan daun gambir untuk di "tumbuk" dengan apitan dua balok/dokpri

Mitra Kerja Para Petani Gambir

Sebagai salah seorang yang secara langsung berurusan dengan para petani gambir, maka sedikit banyak saya ikut merasakan penderitaan yang mereka alami.

Bukan hanya para petani, tapi juga para pekerja Tukang Kampo atau Tukang Kampa yang merupakan mitra kerja para petani gambir.

Tanpa mereka, maka para petani hanya dapat menjual daun gambir, yang belum diolah, yang tentunya harganya sangat rendah.

Apalagi daerah penghasil gambir ini berada di kampung halaman orang tua saya,yakni di daerah Kabupaten Limapuluh Koto (kota)

ket.foto : kayu pasak,untuk menggapit daunan gambir ,agar dapat diproses oleh Tukang Kampa/dokpri
ket.foto : kayu pasak,untuk menggapit daunan gambir ,agar dapat diproses oleh Tukang Kampa/dokpri
Setahu saya pada waktu itu dalam sebulan Sumatera Barat menghasilkan lebih dari 1000 ton gambir. Dan untuk mendapatkan hasil ini, dibutuhkan tenaga hampir 200 orang Tukang Kampo.

Dari seluruh hasil gambir ini, sebagian besar adalah hasil dari perkebunan gambir di Kabupaten Limapuluh Koto. Sebagian kecil, yakni sekitar 25 persen dihasilkan oleh daerah Pesisir Selatan.

Apalagi daerah penghasil gambir ini berada di kampung halaman orang tua saya,yakni di daerah Kabupaten Limapuluh Koto (kota)
Apalagi daerah penghasil gambir ini berada di kampung halaman orang tua saya,yakni di daerah Kabupaten Limapuluh Koto (kota)
Sumbar Satu Satunya Pengekpor Gambir Di Dunia

Sebagai satu satunya daerah penghasil gambir di dunia,seharusnya merupakan Selling Point yang tinggi dan dapat menjadi penentu harga patokan gambir.

Tapi ternyata ,bisa terjadi fluktuasi harga yang sangat mencolok. Gambir ini diekspor sebagian besar ke India.

Namun kebanyakan melalui para Broker, yakni Pedagang perantara di Singapore yang adalah orang India yang berdomisili di Singapore.

Karena mereka dapat langsung ke gudang si penjual di Padang untuk menengok mutu gambir dan kemudian bilamana terdapat kesepakatan harga, maka ditanda tanganilah Sales Contract, antara Penjual dan Pembeli.

ket.tanaman gambir, yang tumbuh di Kabupaten limapuluh koto/dokpri
ket.tanaman gambir, yang tumbuh di Kabupaten limapuluh koto/dokpri
Menyaksikan dari Dekat Cara Kerja Tukang Kampa (Kampo)

Para pekerja Tukang Kampo ini,tugasnya adalah memasukan daun gambir diantara dua sisi kayu yang sudah dipersiapkan.

Kemudian dijepit antara kedua belah balok tersebut dan  dipuku[ dengan pemukul dari kayu.

Hal ini  dilakukan berulang ulang kali,sehingga akibat tergencet diantara dua batang balok,maka dari daun gambir ini keluar getahnya yang ditampung dalam tempat penampungan.

Setiap kali memukul  balok yang mengapit gumpalan daun gambir tersebut,maka getarannya sangat menyakitkan tulang belulang.

Dan mereka mengerjakan ini sepanjang hari. Ketika saya mencoba memukul mengikuti gaya mereka dada saya serasa mau remuk dan sakit hingga tiga hari.

gambir yang sudah dicetak dan siap untuk dijemur/dok pri
gambir yang sudah dicetak dan siap untuk dijemur/dok pri
Rata-rata para pekerja gambir ini tidak mampu bertahan hingga usia tua. Karena pekerjaan untuk memproduksi gambir secara tradisional, yang dikenal dengan istilah 'kampa' sangat menguras tenaga mereka.

Karena setiap kali memukul kayu pengapit daun dan ranting tumbuhan gambir ini, getarannya sangat menyakitkan tulang belulang mereka.

Tidak heran, banyak dari antara mereka yang batuk darah di usia relatif masih muda, yakni sekitar  40 tahunan.dan bila sudah batuk darah,berarti sudah tidak lagi punya tenaga untuk melanjutkan pekerjaan sebagai tukang Kampa.Dan selanjut hanya menunggu waktu saja .

dokpri
dokpri
Menggadaikan Nyawa 

"Awak lai tahu pak, karajo sebagai Tukang Kampo indak kapanjang angok doh. Awak ibarat sadang manggadaikan nyawo demi sesuap nasi" kata salah seorang Tukang Kampo yang kami temui waktu itu. ( Kami tahu pak,kerja sebagai Tukang Kampa ini tidak akan panjang usia. Ibarat orang yang menggadaikan nyawa,demi sesuap nasi"

Mereka tahu,bahwa bekerja sebagai Tukang Kampa ,adalah ibarat orang menggadaikan nyawanya,tapi kalau mereka tidak ikut berkerja,apa yang dapat mereka harapkan untuk dapat bertahan hidup?

Para Petani Tidak Tahu Kapan Hari Tani Se Indonesia. Karena acara seremonial memperingati Hari Tani ,hanya dipahami oleh kalangan pejabat dan jajarannya.Sementara para Petani dan mitranya para Tukang Kampa,tidak pernah tahu tentang hal ini,apalagi merasakan manfaat dari acara ini

Ditulis sebagai ungkapan keprihatinan,bahwa  selama puluhan tahun merayakan Hari Tani Nasional pada setiap tanggal 24 September ,2020,para Petani sama sekali tidak merasakan manfaatnya .Karena hanya sebatas seremoni di kantor kantor Pemerintah saja. Hal ini dapat langsung di lakukan pengecekan dilapangan 

Semua foto adalah dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun