Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih Itu Jangan Pura-pura

22 Agustus 2020   20:54 Diperbarui: 22 Agustus 2020   21:42 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket. foto: bersahabat dengan anak-anak Papua /dokpri

Persahabatan yang Tulus Tidak Memilah-milah

Dalam hal bisnis, semuanya dihitung, termasuk hal-hal yang tampaknya kecil dan sepele. Karena yang menyebabkan sebuah perahu tenggelam adalah karena mengabaikan kebocoran yang kecil. Sekecil apapun pengeluaran harus dicatat hingga mendetail. Kalau karyawan disuruh untuk berbelanja sesuatu, maka sekembalinya harus memberikan bukti di toko mana ia berbelanja dan disertai bukti pembayaran.

Ket. foto: bersahabat dengan sopir, mengapa tidak?/dokpri
Ket. foto: bersahabat dengan sopir, mengapa tidak?/dokpri
Dalam Persahatan Kita Tidak Menghitung Untung dan Rugi

Berbeda dengan ketika berbisnis, maka ketika menjalin hubungan persahabatan dengan orang sekitar, maka kita tidak lagi menghitung untung rugi bila bersahabat dengan seseorang karena persahabatan sejati tidak didasari oleh kepentingan pribadi. Karena itu, kita boleh jadi bersahabat dengan orang penting ataupun dengan menteri, tapi bukan berarti menjaga jarak dengan orang yang dianggap "tidak selevel". Di sinilah sikap mental kita diuji, apakah benar kita tulus dalam menjalin hubungan persahabatan atau bersahabat agar bisa dekat dengan sumber kekuasaan?

Ket. foto: bersama Kol.TNI.(P) Bambang Suko Winarno ,mantan bupati Kerinci 2 kali berturut turut dan istri Hj.Nurul/dokpri
Ket. foto: bersama Kol.TNI.(P) Bambang Suko Winarno ,mantan bupati Kerinci 2 kali berturut turut dan istri Hj.Nurul/dokpri
Dianggap Manusia Langka 

Pernah sewaktu di Jambi, kami dijemput oleh sahabat kami Kol.TNI AD (P) Bambang Suko Winarno dan isteri. Pak Bambang ini dulu pernah dua kali menjadi Bupati di Kerinci. Nah, bayangkan  pernah jadi Bupati 2 kali, masa iya  harus menjemput kami dan disopiri sendiri? Maka saya iseng bertanya, "sopirnya mana, Pak Bambang?" Dan langsung dijawab dengan gaya tentara, "Sopir apaan? Saya kan masih kuat mengemudi."

Karena sudah lama tidak bertemu, maka sifat iseng saya muncul dan bertanya, "Pak Bambang punya Pompa Bensin berapa unit?" Langsung dijawab dengan suara keras, "Pompa Bensin apaan?" Mendengar nada bicara pak Bambang meninggi, saya semakin betah menggoda.

"Oh, mungkin Pak Bambang iivestasi di perkebunan karet yaa?" Kata saya sambll menahan ketawa. Sementara itu sudah 3 kali saya dicubit oleh istri dan mengisyarakatkan agar saya jangan menggoda lagi.

foto-17-ag-kiriman-noval-kjri-1-5f41304a097f365e8326e144.jpg
foto-17-ag-kiriman-noval-kjri-1-5f41304a097f365e8326e144.jpg
dokpri/di KJRI Perth

Tetiba Pak Bambang berkata dengan nada serius,

"Begini Pak Effendi, Kalau saya punya pompa bensin atau kebun karet, Anda boleh ambil. Ini saksinya, istri saya dan istri pak Effendi." 

Melihat pak Bambang jengkel, saya semakin senang dan terus menggoda,

"Aduh, 2 kali jadi Bupati Kerinci tapi tidak punya Pompa Bensin dan tidak punya kebun karet? Apa saja kata dunia!?" Sampai di sini,saya tidak mampu menahan ketawa saya. Dan akhirnya Pak Bambang tahu bahwa sengaja menggodanya, maka kami semuanya tertawa terbahak-bahak.

Ket. foto: bersama pak Rudy Geron dan istri/dokpri
Ket. foto: bersama pak Rudy Geron dan istri/dokpri
Serangan Balik

Yang namanya tentara, walaupun sudah pensiun ternyata tidak mau kalah. Maka saya diserang balik,

"Pak Effendi, tapi bilang saya manusia langka, tapi menurut saya pak Effendi yang manusia langka. Coba tengok, mana ada dari etinis Chinese yang mau menghabiskan waktu untuk berkeling Indonesia untuk mengajar? Apa sih yang didapat? Untuk biaya pesawat dan menginap di hotel saja tidak akan tercover dengan uang masuk dari biaya lokakarya. Apa sih yang Pak Effendi cari?"

Ket. foto bersama Kompasianers di depan istana/dokpri
Ket. foto bersama Kompasianers di depan istana/dokpri
Persahabatan itu indah 

Dengan membuka hati, kita bisa menjalin persahabatan dengan segala lapisan masyarakat. Dengan jenderal ok. dengan menteri no problem, tapi dengan sopir angkot juga ok, serta dengan anak-anak juga sama sekali tidak ada masalah. Persahabatan yang tulus tidak dapat dinilai dengan uang dan materi.

Hidup tanpa sahabat, alangkah sepi dunia ini

catatan: semua foto dokumentasi pribadi

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun