Persahabatan yang Tulus Tidak Memilah-milah
Dalam hal bisnis, semuanya dihitung, termasuk hal-hal yang tampaknya kecil dan sepele. Karena yang menyebabkan sebuah perahu tenggelam adalah karena mengabaikan kebocoran yang kecil. Sekecil apapun pengeluaran harus dicatat hingga mendetail. Kalau karyawan disuruh untuk berbelanja sesuatu, maka sekembalinya harus memberikan bukti di toko mana ia berbelanja dan disertai bukti pembayaran.
Berbeda dengan ketika berbisnis, maka ketika menjalin hubungan persahabatan dengan orang sekitar, maka kita tidak lagi menghitung untung rugi bila bersahabat dengan seseorang karena persahabatan sejati tidak didasari oleh kepentingan pribadi. Karena itu, kita boleh jadi bersahabat dengan orang penting ataupun dengan menteri, tapi bukan berarti menjaga jarak dengan orang yang dianggap "tidak selevel". Di sinilah sikap mental kita diuji, apakah benar kita tulus dalam menjalin hubungan persahabatan atau bersahabat agar bisa dekat dengan sumber kekuasaan?
Pernah sewaktu di Jambi, kami dijemput oleh sahabat kami Kol.TNI AD (P) Bambang Suko Winarno dan isteri. Pak Bambang ini dulu pernah dua kali menjadi Bupati di Kerinci. Nah, bayangkan  pernah jadi Bupati 2 kali, masa iya  harus menjemput kami dan disopiri sendiri? Maka saya iseng bertanya, "sopirnya mana, Pak Bambang?" Dan langsung dijawab dengan gaya tentara, "Sopir apaan? Saya kan masih kuat mengemudi."
Karena sudah lama tidak bertemu, maka sifat iseng saya muncul dan bertanya, "Pak Bambang punya Pompa Bensin berapa unit?" Langsung dijawab dengan suara keras, "Pompa Bensin apaan?" Mendengar nada bicara pak Bambang meninggi, saya semakin betah menggoda.
"Oh, mungkin Pak Bambang iivestasi di perkebunan karet yaa?" Kata saya sambll menahan ketawa. Sementara itu sudah 3 kali saya dicubit oleh istri dan mengisyarakatkan agar saya jangan menggoda lagi.
Tetiba Pak Bambang berkata dengan nada serius,
"Begini Pak Effendi, Kalau saya punya pompa bensin atau kebun karet, Anda boleh ambil. Ini saksinya, istri saya dan istri pak Effendi."Â
Melihat pak Bambang jengkel, saya semakin senang dan terus menggoda,
"Aduh, 2 kali jadi Bupati Kerinci tapi tidak punya Pompa Bensin dan tidak punya kebun karet? Apa saja kata dunia!?" Sampai di sini,saya tidak mampu menahan ketawa saya. Dan akhirnya Pak Bambang tahu bahwa sengaja menggodanya, maka kami semuanya tertawa terbahak-bahak.
Yang namanya tentara, walaupun sudah pensiun ternyata tidak mau kalah. Maka saya diserang balik,
"Pak Effendi, tapi bilang saya manusia langka, tapi menurut saya pak Effendi yang manusia langka. Coba tengok, mana ada dari etinis Chinese yang mau menghabiskan waktu untuk berkeling Indonesia untuk mengajar? Apa sih yang didapat? Untuk biaya pesawat dan menginap di hotel saja tidak akan tercover dengan uang masuk dari biaya lokakarya. Apa sih yang Pak Effendi cari?"
Dengan membuka hati, kita bisa menjalin persahabatan dengan segala lapisan masyarakat. Dengan jenderal ok. dengan menteri no problem, tapi dengan sopir angkot juga ok, serta dengan anak-anak juga sama sekali tidak ada masalah. Persahabatan yang tulus tidak dapat dinilai dengan uang dan materi.
Hidup tanpa sahabat, alangkah sepi dunia ini
catatan: semua foto dokumentasi pribadi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H