Begitu bertemu,serasa tidak percaya saya akan pandangan mata sendiri,karena dalam bayangan serasa baru saja mereka menjadi murid saya,kini tiba  tiba saja sudah menjadi kakek dari beberapa orang cucu.Â
Disamping murid dikelas saya, ada Robert yang  juga bersedia datang ,karena pada waktu itu belajar dikelas yang berbeda,tapi berdampingan Senang sekali menyaksikan anak anak didik yang semuanya sukses,baik sebagai Pengusaha,dokter, Kontraktor, Perwira TNI AL,pimpinan salah satu bank  dan sebagainya  Malahan saya dapat angpau dan oleh oleh.,yang semakin menambah kebahagian saya dan istri. Karena walaupun semua adalah murid saya,tapi semuanya kenal baik dengan istri saya,karena mereka sering datang kerumah
Hingga kini ,setiap hari kami saling menyapa di WAG. Saya tidak lagi menggunakan kata :"Kalian" atau "kamu" melainkan :"teman teman" ,karena mereka adalah seorang suami,ayah dari anak anak mereka bahkan kakek dari beberapa orang cucu.Bagi kami orang Padang, adalah sangat hal yang tabu,menyebut orang yang sudah dewasa,dengan sebutan :"kamu atau kalian".Selalu memaggil nama masing masing .
Yang paling aktif,adalah Harifuddin,Anton,Un,Khairul, Robert,Muslim ,Johan,Syamsu,Darwis ,Eddy dan seterusnya. Kian Liang yang menjadi penghubung kami semuanya ,justru sudah keburu di panggil Tuhan. Pertemuan kami di rumah makan Sari Minang merupakan pertemuan akhir
Tak terbayangkan oleh saya dan istri,bahwa ada berita,guru pukul murid dan ada juga murid pukul guru. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi kalau hubungan baik antar murid dan guru dirawat dengan hati?
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H