Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Guru dan Murid yang Tak Lapuk Dimakan Waktu

5 April 2020   14:01 Diperbarui: 5 April 2020   13:56 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto :Harifuddin Lalo dan Anton Suherman /foto kiriman Harifuddin Lalo

Di Usia 12 Tahun Mereka Murid,kini Diusia 65 Tahun Mereka Adalah Teman Teman Saya

Pertama kali mengajar,usia saya 24 tahun. Mengajar di SD RK II Santu Fransiscus di kota Padang. Rata rata usia murid saya adalah antara 12 dan 13 tahun. Saya perlakukan mereka tidak hanya sebagai murid,tapi sekaligus sebagai anak anak saya. Tidak pernah sekali juga saya berlaku kasar ,apalagi sampai memukul mereka. 

Pada waktu itu,istri saya mengajar di SMP Kalam Kudus. Kami tinggal di jalan Pulau Karam,tepatnya dibelakang pabrik Kecap Ang Ngo Koh. Karena gaji guru pada waktu itu hanya 16 ribu rupiah dan ditambah dengan tunjangan in natura berupa beras sebanyak 9 kilogram,maka untuk mendukung agar dapur  tetap berasap,kami memelihara itik beberapa ekor. Dengan maksud,telurnya dapat dijadikan sambal untuk dimakan bersama putra kami yang pada waktu itu baru 1 orang.

ket.foto: Un ,bersama istri dan anak cucu/dokumen Un
ket.foto: Un ,bersama istri dan anak cucu/dokumen Un
 Murid Murid Bebas Berkunjung Kerumah

Bagi murid murid yang mau datang kerumah,mereka bebas datang dan pergi. Bisa untuk bertanya tentang PR atau sekedar main main di pekarangan rumah kami yang sempit. Rumah tersebut kami bangun dengan satu kamar tidur ,ruang makan dan dapur,serta toilet. Tanpa disuruh ,murid murid terkadang membantu memompa air untuk bak mandi dan cuci piring. Terkadang mereka membantu membelikan dedak untuk makanan itik.

Tidak ada hal hal yang istimewa,tapi rasanya ,kami tidak hanya punya satu anak tapi ditambah dengan murid murid,

ket.foto : 53 tahun yang lalu/foto kiriman Anton Suherman
ket.foto : 53 tahun yang lalu/foto kiriman Anton Suherman
50 Tahun Kemudian Kami Bertemu

Perjalanan waktu yang begitu panjang tentu tidak mungkin ditulis semuanya disini,karena kalau ditulis,bisa bisa mengalahkan novel saking panjangnya . Singkatnya, sejak kami pindah ke Jakarta dan kemudian domisili di Australia,hubungan kami terputus sama sekali,karena gonta ganti nomor HP

dokpri,/makan bersama di Sari Minang di Jakarta
dokpri,/makan bersama di Sari Minang di Jakarta
Sekitar 2 tahun yang lalu,ada informasi dari adik kami di Italia,yakni Margaretha.bahwa salah satu teman sekelasnya dulu, adalah murid saya dan kalau kami pulang ke Indonesia,pingin ketemu,namanya Kian Liang. Tentu saja hal ini merupakan surprse bagi saya ,maka kami mulai saling  kontak dan akhiruya memutuskan untuk bertemu di rumah makan Sari Minang di jalan Juanda Jakarta,ketika kami berkesempatan pulang ke Indonesia.

ket.dokter Syamsu/dok.Syamsu
ket.dokter Syamsu/dok.Syamsu
Pertemuan Yang Sangat Mengharukan

Begitu bertemu,serasa tidak percaya saya akan pandangan mata sendiri,karena dalam bayangan serasa baru saja mereka menjadi murid saya,kini tiba  tiba saja sudah menjadi kakek dari beberapa orang cucu. 

Disamping murid dikelas saya, ada Robert yang  juga bersedia datang ,karena pada waktu itu belajar dikelas yang berbeda,tapi berdampingan Senang sekali menyaksikan anak anak didik yang semuanya sukses,baik sebagai Pengusaha,dokter, Kontraktor, Perwira TNI AL,pimpinan salah satu bank  dan sebagainya  Malahan saya dapat angpau dan oleh oleh.,yang semakin menambah kebahagian saya dan istri. Karena walaupun semua adalah murid saya,tapi semuanya kenal baik dengan istri saya,karena mereka sering datang kerumah

ket.foto: makan bersama di rumah makan Sari Minang di Jakarta/ dokpri
ket.foto: makan bersama di rumah makan Sari Minang di Jakarta/ dokpri
Hingga Kini Kami Berada Satu Grup di WAG

Hingga kini ,setiap hari kami saling menyapa di WAG. Saya tidak lagi menggunakan kata :"Kalian" atau "kamu" melainkan :"teman teman" ,karena mereka adalah seorang suami,ayah dari anak anak mereka bahkan kakek dari beberapa orang cucu.Bagi kami orang Padang, adalah sangat hal yang tabu,menyebut orang yang sudah dewasa,dengan sebutan :"kamu atau kalian".Selalu memaggil nama masing masing .

Yang paling aktif,adalah Harifuddin,Anton,Un,Khairul, Robert,Muslim ,Johan,Syamsu,Darwis ,Eddy dan seterusnya. Kian Liang yang menjadi penghubung kami semuanya ,justru sudah keburu di panggil Tuhan. Pertemuan kami di rumah makan Sari Minang merupakan pertemuan akhir

ket,foto; Khairul dengan putrinya yang baru di wisuda./foto kiriman khairul
ket,foto; Khairul dengan putrinya yang baru di wisuda./foto kiriman khairul
Heran koq Ada Guru Pukul Murid dan Murid Pukul Guru?

Tak terbayangkan oleh saya dan istri,bahwa ada berita,guru pukul murid dan ada juga murid pukul guru. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi kalau hubungan baik antar murid dan guru dirawat dengan hati?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun