Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alangkah Menyedihkan Bila Hubungan Guru Murid Sebatas di Ruang Kelas

25 November 2019   15:05 Diperbarui: 26 November 2019   07:27 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


52 Tahun Berlalu ,Hubungan Kami ,Murid dan Guru Tetap Berlanjut

Peringatan Hari Guru Nasional dimulai sejak tahun 1994 melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 dengan mengambil tanggal berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai dasarnya. Dikutip dari laman PGRI, organisasi guru se Indonesia ini berdiri pada Kongres Guru Indonesia yang diadakan di Solo, 24-25 November 1945. (sumber : https://www.kompas.com)

murid-1-5ddb8682097f36172d7243e2.jpg
murid-1-5ddb8682097f36172d7243e2.jpg

ket,foto: makan bersama murid murid SD di rumah makan Padang di Jakarta/dok.pribadi

Mengajar Dengan Hati

Apa yang keluar dari mulut, akan didengar oleh telinga dan dalam beberapa waktu kemudian,orang akan melupakannya. Tetapi ,bila perkataan yang diucapkan keluar dari hati,maka orang akan menerima dan menyimpannya dalam hati. Hal inilah yang selalu menjadi pedoman ,ketika saya mengajar di tahun 1967 di SD St.Fransiskus RK II di Padang .Beberapa tahun kemudian, saya dipindah tugaskan di SMP Pius yang lokasinya masih dalam lingkungan Sekolah Katolik dan hanya terpisah sekitar 50 meteran dari sekolah di mana awalnya saya mengajar.

murid-5-5ddb8972d541df145f1a10f3.jpg
murid-5-5ddb8972d541df145f1a10f3.jpg

ket,foto: kenangan manis ketika makan bersama di RM Sari Minang tahun lalu.Seminggu setelah itu,yang paling kiri dari foto ,yakni Kian Liang,dipanggil Tuhan

Walaupun sekolah Katolik, tapi yang belajar disini terdiri dari berbagai suku dan agama. Sama sekali tidak ada kendala, karena anak anak non Katolik dipersilakan berdoa sesuai agama masing masing. Dan selama mengajar, tidak satu katapun saya mengucapkan hal hal yang berbau agama. Saya sama sekali tidak membedakan, maka yang sesuku dan seiman atau bukan. Semua diperlakukan sama. Kalau salah ditegur dan kalau nilai ulangan bagus, akan mendapatkan pujian. 

img-20191123-wa0046-5ddb87ecd541df4e98068b42.jpg
img-20191123-wa0046-5ddb87ecd541df4e98068b42.jpg

ket.foto: kiriman dari Harifuddin dan Anton. foto mereka ketika berusia 12 tahun dan kini sudah berusia 65 tahun

Murid murid bebas datang kerumah kami yang waktu itu masih di belakang pabrik kecap Ang Ngo Koh di Pulau Karam. Mereka boleh datang untuk bertandang atau mau menanyakan tentang pelajaran sekolah. Tidak jarang mereka datang dengan membawakan makanan untuk itik yang kami pelihara. Hal yang tampak sangat sepele, tapi mampu menghubungkan hati dengan hati. Kami memperlakukan murid-murid, bagaikan anak anak kami sendiri dan begitupun mereka sangat menyayangi kami berdua.

murid-3-5ddb8993097f365d8c17cb42.jpg
murid-3-5ddb8993097f365d8c17cb42.jpg

ket.foto Harifuddin murid saya ,bersama putri dan cucu nya/Harifuddin

Sewaktu acara makan bersama, bagi saya sebuah kebahagiaan tersendiri,ketika ada yang membayar semua tagihan yang nilainya jutaan rupiah. Masih ada lagi yang memberikan kado dan ang pau.  Tentu saja bukan masalah dibayarkan makan ataupun kado dan angpau,tapi saya maknai, betapa  mereka masih tetap menyayangi kami berdua, walaupun sudah lebih dari setengah abad tidak bertemu dan mereka bahkan sudah jadi kakek.

murid-6-5ddb88c7d541df71d86aa312.jpg
murid-6-5ddb88c7d541df71d86aa312.jpg

ket.foto: dokter Syamsu ,salah satu murid terpandai di kelas sewaktu SD /foto.dr.Syamsu

Hubungan Saya dan Guru 

Penjelasan singkat di atas adalah bagaimana hubungan saya timbal balik dengan murid murid di SD,maka bagaimana pula hubungan saya dengan guru saya ?

Bertepatan kami pulang kampung dan menginap di Hotel Mariani di Padang adalah merupakan sebuah kejutan yang membahagiakan,bisa bertemu dengan salah seorang guru saya disana. Walaupun phisik sudah memaksa beliau duduk di kursi roda,tapi pikiran masih sangat jernih. Kalau seorang murid masih ingat nama gurunya,bukan hal yang istimewa. Saya juga mengingat semua nama guru saya sejak dari SD, SMP, dan SMA. Tapi seorang guru masih ingat nama muridnya, sungguh menghadirkan rasa haru yang mendalam.

Sejujurnya, ketika di hadapan saya terbentang foto diri bersama murid murid di SD, tidak semua nama mampu saya ingat lagi dengan jelas. Kecuali beberapa nama yang selalu menonjol di kelas sewaktu saya mengajar.

Sebagai hadiah pertemuan dan sekaligus perpisahan, saya mendapatkan selembar puisi dari guru saya ,yang saya kutip seutuhnya, tanpa diedit.

Tour D’World

Tengah mendekati Finish Tour Duniawi….

Berpetualang menantang cuaca kehidupan

Kau tertegun disapa kesadaran

Selangkah lagi jarak kedepan pintu pulang

Mengapit hanya harga prilaku

Selama di perjalanan

Meninggalkan segala perolehan duniawi….

 

Tadinya cara penata angka nilai

Merah pada Surgawi

Setelah jasad lebur

Kembali ke asalnya…..

Mei, 2012

In Memoriam Guru yang saya cintai dan kagumi. Selamat jalan Guru, pesan Guru saya bagikan kepada ratusan orang melalui tulisan ini. Guru saya  Susanto, telah menyelesaikan :”tour d’world” dan seperti yang ditulis pada puisi:”Selangkah lagi jarak kedepan pintu pulang……..” Beliau sudah dipanggil pulang oleh Sang Maha Pencipta. Itulah hadiah pertemuan dan sekaligus perpisahan dari guru saya,Susanto

Selamat Hari Guru !

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun