ket.foto: kiriman dari Harifuddin dan Anton. foto mereka ketika berusia 12 tahun dan kini sudah berusia 65 tahun
Murid murid bebas datang kerumah kami yang waktu itu masih di belakang pabrik kecap Ang Ngo Koh di Pulau Karam. Mereka boleh datang untuk bertandang atau mau menanyakan tentang pelajaran sekolah. Tidak jarang mereka datang dengan membawakan makanan untuk itik yang kami pelihara. Hal yang tampak sangat sepele, tapi mampu menghubungkan hati dengan hati. Kami memperlakukan murid-murid, bagaikan anak anak kami sendiri dan begitupun mereka sangat menyayangi kami berdua.
ket.foto Harifuddin murid saya ,bersama putri dan cucu nya/Harifuddin
Sewaktu acara makan bersama, bagi saya sebuah kebahagiaan tersendiri,ketika ada yang membayar semua tagihan yang nilainya jutaan rupiah. Masih ada lagi yang memberikan kado dan ang pau.  Tentu saja bukan masalah dibayarkan makan ataupun kado dan angpau,tapi saya maknai, betapa  mereka masih tetap menyayangi kami berdua, walaupun sudah lebih dari setengah abad tidak bertemu dan mereka bahkan sudah jadi kakek.
ket.foto: dokter Syamsu ,salah satu murid terpandai di kelas sewaktu SD /foto.dr.Syamsu
Hubungan Saya dan GuruÂ
Penjelasan singkat di atas adalah bagaimana hubungan saya timbal balik dengan murid murid di SD,maka bagaimana pula hubungan saya dengan guru saya ?
Bertepatan kami pulang kampung dan menginap di Hotel Mariani di Padang adalah merupakan sebuah kejutan yang membahagiakan,bisa bertemu dengan salah seorang guru saya disana. Walaupun phisik sudah memaksa beliau duduk di kursi roda,tapi pikiran masih sangat jernih. Kalau seorang murid masih ingat nama gurunya,bukan hal yang istimewa. Saya juga mengingat semua nama guru saya sejak dari SD, SMP, dan SMA. Tapi seorang guru masih ingat nama muridnya, sungguh menghadirkan rasa haru yang mendalam.
Sejujurnya, ketika di hadapan saya terbentang foto diri bersama murid murid di SD, tidak semua nama mampu saya ingat lagi dengan jelas. Kecuali beberapa nama yang selalu menonjol di kelas sewaktu saya mengajar.