Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Ber-"Engkau" Kepada Tuhan?

22 Juli 2019   20:09 Diperbarui: 22 Juli 2019   20:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iustrasi: pixabay.com

Pertanyaan Mudah, Tapi Belum Ada Yang Bisa Menjawab Dengan Tepat

Seorang anak, walaupun sudah berkeluarga, tetap saja memanggil orangtuanya dengan panggilan Ayah dan Ibu" atau " Papa dan Mama" .

Ketika meminta sesuatu kepada orangtua, bahasa yang lazim digunakan adalah: "Kalau boleh, tolong ayah jemput anak-anak di sekolah, karena saya masih dalam perjalanan dari luar kota". Tidak pernah kita dengar ada kata-kata: "Ayah, kalau engkau sempat, tolong jemputkan anak-anak saya...", atau: "Terima kasih ayah, engkau sudah membantu menjemput anak-anak saya".

Mengapa kita tidak menggunakan kata "Engkau" terhadap ayah, ibu, atau kakek-nenek kita?

Karena kita menghargai mereka!

Begitu juga kalau kita ada anggota keluarga yang sakit dan dibawa ke dokter, maka kita pasti tidak akan mengatakan: "Dokter, anak saya sakit. Tolong engkau obati".

Begitu juga bila sudah selesai diperiksa dan mungkin diinjeksi dan diberikan resep obat, maka kita mengucapkan: "Terima kasih ya, dokter, sudah membantu mengobati anak kami".

Mengapa Terhadap Tuhan Kita Tega Ber:"Engkau?"

Tulisan ini sama sekali tidak menyinggung agama tertentu, melainkan sebuah pertanyaan secara umum, yakni mengapa terhadap orangtua, kakek nenek dan orang yang dihormati kita segan menggunakan kata "Engkau"? Tetapi terhadap Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta semua isinya, kita tanpa merasa bersalah, dengan lantang, menggunakan kata "Engkau"?

Saya menahan diri untuk tidak menuliskan sebuah contoh tentang bagaimana kata "Engkau" terhadap Tuhan sangat sering digunakan. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun