Bisa Menghancurkan Hidup Kita atau Dijadikan Cambuk DiriÂ
Dalam kondisi ekonomi yang morat marit,maka baik secara sadar ataupun tidak, orang sering akan menjadi sasaran kata kata yang bersifat menghina. Bagi yang sudah pernah hidup dalam kekurangan, pasti sudah merasakan betapa seringnya diri, menjadi sasaran hinaan dari berbagai kalangan.
Beberapa contoh yang pernah  saya alami dalam perjalanan hidup ,antara lain:
Membeli Sebungkus Nasi RamesÂ
Suatu waktu, karena istri baru pulang mengajar sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, maka saya memutuskan untuk membeli sebungkus Nasi Rames.
Rencananya Nasi Rames ini,akan kami makan bertiga dengan putra kami,yang pada waktu itu baru satu orang,yakni putra pertama kami.Â
Walaupun sudah antrian lebih awal.namun yang dilayani adalah orang yang pesan :" Nasi pakai ayam goreng",walaupun baru tiba. Karena kuatir mungkin saking sibuknya, yang melayani lupa,bahwa saya sudah menunggu lama, maka saya mengulangi :" Uda,tolong Nasi Rames Sebungkus "
.Tapi ternyata mendapatkan jawaban yang membuat saya kaget. " Ini pesanan lagi banyak ,nasi pakai ayam. Nasi Rames ,tunggulah " ,katanya ketus.
Dilain waktu,saya dapat kabar,bahwa bank membuka kesempatan bagi pengusaha kecil,untuk mendapatkan kredit dalam jumlah terbatas ,untuk dapat digunakan sebagai modal kerja. Yang penting,ada tempat usaha dan sudah ada perizinannya, maka setelah ditinjau oleh bagian kredit, bila disetujui, akan ditentukan besar plafon kreditnya. Dengan memberanikan diri,saya datangi salah satu bank pemerintah . Setelah menunggu cukup lama,saya diiinkan untuk menghadap Kepala Bagian Kredit.Â
Ketika masuk ruangan,saya mengucapkan Selamat pagi .namun tidak langsung dijawab ,melainkan Kepala Bagian Kredit memandangi saya dari atas kebawah. Kemudian baru dipersilakan duduk.
Ketika saya sampaikan maksud kedatangan untuk mengajukan permohonan kredit modal usaha kecil.langsung ditanya :"Anda bawa sertifikat rumah atau tanah?" Ketika saya jawab,bahwa saya tidak punya sertifikat maka dengan nada sangat menyakitkan Kepala Bagian Kredit ,dengan setengah berteriak mengatakan:" Asal anda tahu ya,disini,kepala tidak laku dijadikan jaminan ,paham?!"
Ini Hanya Sekedar Contoh
Sesungguhnya selama tujuh tahun hidup dalam kekurangan ,entah sudah berapa puluh kali saya merasakan penghinaan demi penghinaan. Sempat saya murung dan mengurung diri. Syukur istri saya mampu membangunkan saya dari keterpurukan dan menyemangati, agar menjadikan hinaan tersebut sebagai cambuk diri,untuk kerja lebih keras dan cermat
Beberapa Tahun Kemudian
Bersyukur kepada Tuhan, jalan untuk mengubah nasib sudah ditemukan.Dalam waktu  beberapa tahun,dari Penjual kelapa di Pasar Tanah Kongsi , saya sudah menjadi seorang Pengusaha . Kami pindah kerumah baru di Komplek Wisma Indah I dan sudah mengganti sedan bekas yang awalnya saya beli dengan harga 500 ribu rupiah, dengan sedan Corolla baru.
Ketika saya datang kembali ke Bank yang sama dengan mengemudikan Corolla baru dan berpakaian lengkap,begitu turun dari kendaraan dan msuk ke bank, langsung disambut dengan sikap menghormat oleh sekuriti yang ada disana . Langsung diantarkan ke bagian Kredit dan ternyata penerimaan sungguh luar biasa. Kepala Bagian Kredit berdiri menyambut saya dan mempersilahkan duduk dengan sangat hormat.
Cuplikan Lain
Dulu ketika saya membutuhkan susu untuk anak dan uang kurang ,saya tidak diizinkan membawa pulang susu satu kaleng ,walaupun yang punya toko masih ada hubungan kekeluargaan dengan kami. Tapi kelak,ketika kami datang dengan sedan baru, maka sikap pemilik toko,luar biasa hormatnya.Â
Hukum Tidak Tertulis
Ini adalah hukum yang berlangsung dalam masyarakat .Dan saya yakin hukum ini berlaku tanpa pandang suku ,bahwa penampilan seseorang ,akan mendapatkan layanan yang berbeda. Walaupun ada frasa mengatakan:" jangan menilai isi buku dari judulnya" namun yang terjadi di masyarakat tetap saja penampilan menjadi tolok ukur dalam menilai seseorang.
Karena itu ,terpulang kepada kita,bila penghinaan menyebabkan kita sakit hati ,maka ia akan menggerogoti hidup kita ,hingga semakin lama,kita akan semakin terpuruk dalam penderitaan,Sebaliknya,bila kita mau menjadikan hinaan sebagai cambuk diri,maka kelak kita akan membuktikan kepada orang orang yang selama ini menghina kita,bahwa ternyata kita juga bisa sukses. Hidup adalah sebuah pilihan dan jangan sampai salah dalam menentukan jalan hidup.
Ditulis berdasarkan cuplikan pengalaman hidup pribadiÂ
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H