Ritual seperti inilah yang dulu, setengah abad lalu, kami jalani setiap hari.Â
"Ya, lumayan bisa untuk makan kami Om," kata Widia yang harus membesarkan anaknya seorang diri lantaran suaminya meninggal sejak putrinya berusia 5 tahun.
Kini, di bangku SMP putrinya sudah berhenti dan tidak lagi melanjutkan karena ketiadaan biaya.
Ketika remaja seusianya masih melanjutkan sekolah di SMA, Yeni yang kini berusia 16 tahun, sudah harus bekerja sebagai pelayan toko,dengan gaji hanya Rp 500 ribu per bulan.
Sementara dari hasil jualan kue dan minuman, ibunya Widia hanya mampu meraup keuntungan sebesar Rp 30-40 ribu per harinya.
Dari penjualan sebungkus lontong kacang, yang dijual seharga Rp 6.000 per bungkus, Widia mendapatkan keuntungan Rp 1.500 rupiah. Kalau sehari bisa laku 15 bungkus, berarti sudah dapat sekitar 20 ribu rupiah.
Keuntungan lainnya diperoleh dari penjualan cendol, kerupuk, dan kue-kue tradisional yang merupakan barang konsinyasi. maka kalau lagi hoki bisa mendapatkan sekitar Rp 40 ribu rupiah.
Tapi bila hujan turun dengan lebat dan pasar menjadi becek, sering lontong yang dipersiapkan tidak habis terjual sehingga dijadikan konsumsi makan siang dan makan malam bersama anaknya.
Ita mengaku sudah lulus sarjana berkat kerja keras ibunya yang jualan sayur, Namun baru-baru ini ibunda tercinta meninggal karena komplikasi.