Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Bisa ke Gereja Lagi karena Yesus-nya Hilang!

21 Januari 2019   10:45 Diperbarui: 22 Januari 2019   12:22 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : kesakisan.org.com

Ditulis Berdasarkan Pengalaman Hidup Pribadi

Pada waktu itu, saya masih duduk di kelas 3 SMP Frater di kota Padang. Sejak dari kelas 1 saya sudah berikrar akan ke gereja setiap hari selama 1000 hari, bukan hanya sekali seminggu saja. Tidak ada yang menyuruh saya, hanya hasrat yang terlahir dari lubuk hati yang terdalam. 

Setiap pagi saya bangun, tidak peduli hujan turun lebat bahkan banjir melanda daerah kediaman kami di Kali Kecil IV di daerah Pulau Karam. Satu-satunya yang tahu tentang ikrar saya untuk 1000 hari tanpa terputus kegereja hanya diri saya dan Tuhan, serta ibu saya yang beragama Buddha pada waktu itu. 

Ibu saya almarhum mendukung niat baik saya. Setiap pagi saya dapat sepotong ubi atau pisang rebus dan secangkir teh hangat sebagai sarapan.

Pada saat saya mengalami demam merupakan saat yang paling berat bagi saya, untuk tetap kosisten bahkan ibu saya yang selama ini mendukung kali ini melarang saya untuk jangan ke gereja dalam kondisi demam.

Tapi saya tetap mohon agar ibu mengizinkan saya dan dengan mata berkaca kaca ibu saya memeluk diri saya dan dengan berat hati mengizinkan saya tetap kegereja.

Pernah Saya Tengok Jam Mati

Pernah suatu waktu ,seperti biasa saya lari-lari pagi ke gereja. Tiba di depan Bioskop Cinema ada Penjaga malam yang berteriak :"Hai lu mau kemana ?" Saya jawab:" Mau ke gereja"

"Haaa jam 2 .00 pagi lu mau ke gereja? Sini lu ,"katanya dan saya datang mendekat, ia memperlihatkan jam tangannya, ternyata pukul 2.05 pagi. Saya lari lagi pulang kerumah dan melihat ke jam dinding kuno, ternyata menujukkan pukul 5.30 tapi jam sama sekali tidak bergerak. Rupanya yang saya tengok adalah jam mati 

Kembali Kejudul Tulisan

Saya bersykur sudah mampu melewati angka 923 kali setiap hari ke gereja. Sore hari ada Sukirman anak tetangga saya yang kedua orang tuanya berkebun kangkung dan bayam datang bertandang kerumah. Ia hanya bersekolah hingga kelas 3 SD dan kemudian keluar karena ketiadaan biaya.

Usianya terpaut 4 tahun dibawah saya. Katanya mau ikut bersama saya ke gereja setiap pagi tentu saja saya sangat senang, karena ada teman lari pagi. Maka selama lebih dari 30 hari kami selalu bersama sama ke gereja Kathdral yang lokasinya berada sekitar 5 kilometer dari rumah kami.

Tapi  kemudian selama beberapa hari tidak muncul lagi dan sesuai komitmen kami saya tidak akan menunggu bilamana ia datang terlambat. Maka saya kembali kegereja seorang diri.

Seminggu kemudian Sukirman datang lagi kerumah dan saya bertanya apakah ia sakit, karena sudah seminggu tidak ikut bersama ke gereja lagi? Jawab Sukirman dengan wajah sedih:" Yesus saya hilang!" Saya mau beli Yesus baru, tapi orang tua tidak  punya uang."Untuk sesaat saya terpana dan menatap matanya dengan tenang, sama sekali tak tampak bahwa Sukirman sedang guyon atau berlagak bego. Wajahnya polos dan sedih karena kehilangan Yesus nya.

Saya keluarkan Rosario saya yang sudah kumal dari kantong celana dan memberikan kepada Sukirman, sambil berucap:" Ini untuk kamu saya masih ada Yesus lainnya." Sejak saat itu Sukirman rajin kembali kegereja, karena saya memberikan pengganti Yesusnya yang hilang. 

Hingga saya selesai menuntaskan ikrar 1000 hari Sukirman masih tetap ikut kegereja, kemudian sejak ayahnya Ncek Atong meninggal dunia maka Sukirman dan ibunya kembali kekampung halaman di pulau Jawa. Sejak saat itu hubungan kami praktis terputus sama sekali.

Orang Yang Pernah Kehilangan "Yesus" Ternyata Jadi Pastor

Kemarin kami ke Gereja sehabis misa kami berjumpa dengan sesama orang Padang dan sempat ngobrol beberapa saat. Tiba-tiba ada Pria berjubah Pastor datang mendekat dan langsung bertanya:" Maaf, bapak dari Padang? " dan spontan saya menjawab:"Benar Pastor"

"Wah,saya dulu lahir di Padang ," Maka pertanyaan, dulu tinggal dimana ? Ternyata Pastor yang berdiri didepan kami adalah Sukirman yang dulu pernah kehilangan :"Yesus "Begitu sadar bahwa saya adalah orang yang pernah memberikan "Yesus " pengganti "Yesusnya " yang hilang, maka Pastor Aloysius Sukirman memeluk saya sekuat kuatnya sambil menangis terharu. 

Sungguh Tuhan Mahabesar kami berpisah sejak tahun 1959 dan kni ditahun 2019 tepat 60 tahun kemudian bertemu dalam situasi dan kondisi yang berbeda total.

Kilas Balik

Tulisan ini bukan khayalan melainkan pengalaman pribadi. Hingga di zaman NOW ini ternyata masih banyak yang memahami agama, seperti ketika Sukirman masih  kehilangan Yesusnya. Masih banyak yang beranggapan bahwa kalau tidak memakai kalung salib di leher berarti imannya hilang atau menganggap bahwa semakin banyak memasang simbol simbol agama di tubuhnya maka semakin sholeh dirinya. Sebaliknya, bilamana gereja salibnya patah maka seakan bukan lagi sebuah gereja. 

Agama dimaknai secara amat dangkal sehingga terkesan asesoris simbol-simbol merupakan hal yang jauh lebih penting, ketimbang esensial dari iman yang sejati. Artikel ini hanya ulasan ringan mengenai secuil pengalaman pribadi yang ditulis karena termotivasi oleh perjumpaan dengan sosok Sukirman yang pernah hilang "Yesusnya", tapi kini sudah menjadi seorang Pastor.

Semoga ada hikmah yang dapat dipetik,

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun