Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Politik" Virus yang Menghancurkan Hubungan Persahabatan

6 Desember 2018   07:58 Diperbarui: 6 Desember 2018   12:59 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk membuktikannya,tidak perlu berselancar di google,karena yakin,secara pribadi kita semua sudah merasakannya. Dimulai dari persahabatan di dunia maya. Begitu ada yang mulai menebarkan virus :"politik",maka bagaikan bensin yang disulut dengan korek api,terus meledak dan membakar semua anggota WAG . 

Terjadi perdebatan sengit ,masing masing membela jago yang dipilihnya. Bagi yang sudah dapat membaca gelagat buruk ini,maka buru buru :"left"dari grup.Ada yang dengan cara halus,memberi berbagai alasan untuk bisa "left" dari Grup,namun ada juga yang langsung raib,karena jengkel.

Karena sudah menjadi rahasia umum,maka tentu tidak perlu memberikan contoh contoh,betapa masalah politik,sungguh sungguh secara nyata ,membawa dampak negatif terhadap hubungan persahabatan. 

Hubungan persahabatan yang awalnya sangat meneduhkan,dimana setiap anggota Grup setidaknya saling mengucapkan :"Selamat pagi" atau sekedar menyampaikan cerita nostalgia  dimasa masih sama sama sekolah,mendadak sontak berubah menjadi "medan pertempuran " 

Maka keluarlah kosa kata :"Onta,kampret.cebong ,Cina ,Aseng,Kafir ,Brizik " dan kata kata "mutiara "lainnya,yang tidak pantas dituliskan disini.

Putus Hubungan di Dunia Maya,Apakah Masih Bisa Akrab Dalam Kehidupan Nyata?

Ada yang mengatakan,bahwa  walaupun kami berbeda dalam pilihan,tapi kami tetap bisa bersahabat karib. Hal ini,hanya memungkinkan bilamana masing masing mampu menahan diri untuk tidak mengumbar kata kata:"mutiara" tersebut diatas.Akan tetapi,bilamana sudah saling menyerang di dunia maya.masih bisa tetap akrab seperti semula?

Ada 2 Jawaban:

  1. Kalau menggunakan bahasa diplomatis,jawabannya :" Tidak  masalah"
  2. Jawaban yang jujur adalah :"mustahil"

Saling Diam Dalam Keluarga ,Karena :"Tidak enak hati"

Akibat tidak mampu menahan diri dan ikut latah ,membawa bawa urusan politik hingga kedalam rumah tangga,mengakibatkan antara sesama anggota keluarga saling mendiamkan. "Perang dingin" berlangsung ,hanya untuk urusan saling membela jagoannya masing masing. Karena sudah merasa tidak enak hati,maka hubungan kekeluargaan yang awalnya sangat akrab dan harmonis,kini sudah ternoda ,oleh urusan politik,yang sesungguhnya sama sekali tidak membawa manfaat apapun dalam keluarga.

Rumah tangga,yang seharusnya menjadi :"home sweet home",berubah ujud menjadi seperti berada dirumah duka. Walaupun tidak sampai bermusuhan secara terang terangan,namun masing masing mengelak,bahkan ketika berpapasan,sudah tidak ada lagi senyum dan sapa.Yang tersisa hanyalah  sapaan wajib,untuk mengisi formalitas belaka. 

Politik Sudah Menciptakan Dinding Pemisah Antara Sesama Orang Indonesia di Australia

Sebelum heboh politik  ,setiap kali ada kegiatan yang mengatas namakan Indonesia,maka hampir dipastikan semua hadir .Dan kami saling berebut bicara ,saking akrabnya. Suasana yang sangat harmonis,yang menunjukkan bahwa orang Indonesia,dengan latar belakang berbeda beda,ternyata sangat akrab. Kami nonbar film film perjuangan Indonesia dan saling bertukar nomor ponsel,bahkan duduk makan bersama sama. 

Namun ,sejak adanya tebar kebencian yang ditebarkan di Indonesia,ternyata virus kebencian ini ,merambah hingga ke Australia.  Kini,pertemuan masih tetap ada,namun orang Indonesia sudah mulai terkotak kotak,antara kelompok pro dan kontra.

Berbeda  pilihan tentu saja sah sah saja.Contohnya ,saya dan keponakan saya ,beda dalam pilihan, tapi tidak harus saling mengumbar kebencian,yang akan merusak ,hubungan persahabatan ,bahkan hubungan kekeluargaan yang sudah belasan tahun dibangun dengan susah payah. Apakah memang ini yang kita harapkan?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun