Untuk membuktikannya,tidak perlu berselancar di google,karena yakin,secara pribadi kita semua sudah merasakannya. Dimulai dari persahabatan di dunia maya. Begitu ada yang mulai menebarkan virus :"politik",maka bagaikan bensin yang disulut dengan korek api,terus meledak dan membakar semua anggota WAG .Â
Terjadi perdebatan sengit ,masing masing membela jago yang dipilihnya. Bagi yang sudah dapat membaca gelagat buruk ini,maka buru buru :"left"dari grup.Ada yang dengan cara halus,memberi berbagai alasan untuk bisa "left" dari Grup,namun ada juga yang langsung raib,karena jengkel.
Karena sudah menjadi rahasia umum,maka tentu tidak perlu memberikan contoh contoh,betapa masalah politik,sungguh sungguh secara nyata ,membawa dampak negatif terhadap hubungan persahabatan.Â
Hubungan persahabatan yang awalnya sangat meneduhkan,dimana setiap anggota Grup setidaknya saling mengucapkan :"Selamat pagi" atau sekedar menyampaikan cerita nostalgia  dimasa masih sama sama sekolah,mendadak sontak berubah menjadi "medan pertempuran "Â
Maka keluarlah kosa kata :"Onta,kampret.cebong ,Cina ,Aseng,Kafir ,Brizik " dan kata kata "mutiara "lainnya,yang tidak pantas dituliskan disini.
Putus Hubungan di Dunia Maya,Apakah Masih Bisa Akrab Dalam Kehidupan Nyata?
Ada yang mengatakan,bahwa  walaupun kami berbeda dalam pilihan,tapi kami tetap bisa bersahabat karib. Hal ini,hanya memungkinkan bilamana masing masing mampu menahan diri untuk tidak mengumbar kata kata:"mutiara" tersebut diatas.Akan tetapi,bilamana sudah saling menyerang di dunia maya.masih bisa tetap akrab seperti semula?
Ada 2 Jawaban:
- Kalau menggunakan bahasa diplomatis,jawabannya :" Tidak  masalah"
- Jawaban yang jujur adalah :"mustahil"
Saling Diam Dalam Keluarga ,Karena :"Tidak enak hati"
Akibat tidak mampu menahan diri dan ikut latah ,membawa bawa urusan politik hingga kedalam rumah tangga,mengakibatkan antara sesama anggota keluarga saling mendiamkan. "Perang dingin" berlangsung ,hanya untuk urusan saling membela jagoannya masing masing. Karena sudah merasa tidak enak hati,maka hubungan kekeluargaan yang awalnya sangat akrab dan harmonis,kini sudah ternoda ,oleh urusan politik,yang sesungguhnya sama sekali tidak membawa manfaat apapun dalam keluarga.
Rumah tangga,yang seharusnya menjadi :"home sweet home",berubah ujud menjadi seperti berada dirumah duka. Walaupun tidak sampai bermusuhan secara terang terangan,namun masing masing mengelak,bahkan ketika berpapasan,sudah tidak ada lagi senyum dan sapa.Yang tersisa hanyalah  sapaan wajib,untuk mengisi formalitas belaka.Â
Politik Sudah Menciptakan Dinding Pemisah Antara Sesama Orang Indonesia di Australia
Sebelum heboh politik  ,setiap kali ada kegiatan yang mengatas namakan Indonesia,maka hampir dipastikan semua hadir .Dan kami saling berebut bicara ,saking akrabnya. Suasana yang sangat harmonis,yang menunjukkan bahwa orang Indonesia,dengan latar belakang berbeda beda,ternyata sangat akrab. Kami nonbar film film perjuangan Indonesia dan saling bertukar nomor ponsel,bahkan duduk makan bersama sama.Â
Namun ,sejak adanya tebar kebencian yang ditebarkan di Indonesia,ternyata virus kebencian ini ,merambah hingga ke Australia. Â Kini,pertemuan masih tetap ada,namun orang Indonesia sudah mulai terkotak kotak,antara kelompok pro dan kontra.
Berbeda  pilihan tentu saja sah sah saja.Contohnya ,saya dan keponakan saya ,beda dalam pilihan, tapi tidak harus saling mengumbar kebencian,yang akan merusak ,hubungan persahabatan ,bahkan hubungan kekeluargaan yang sudah belasan tahun dibangun dengan susah payah. Apakah memang ini yang kita harapkan?
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H