Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hanya Sampah dan Bangkai yang Hanyut Mengikuti Arus!

21 November 2018   20:21 Diperbarui: 21 November 2018   20:28 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah kepercayaan  yang awalnya tidak berani saya impikan, karena jabatan ini adalah jabatan paling "basah" di perusahaan mana pun. Mengapa Boss besar percaya kepada saya,padahal ada karyawan yang jauh lebih senior dan sudah puluhan tahun bekerja disana ?Saya sungguh tidak tahu jawabannya.

Hari pertama saya mulai bertugas, pagi sekali, pak Yunus, Mandor yang  sudah bertugas di sana puluhan tahun, mengajak saya ke  pinggir sungai. Sesungguhnya saya  sangat heran, , apa yang sesungguhnya ingin dikatakannya? Rasanya saya tidak ada berbuat kesalahan.Maka dengan pikiran yang menyimpan tanda tanya,saya mengikuti langkah pak Yunus,yang sudah berusia sekitar 60 tahun

Tiba di Jembatan 

Hanya berjalan sekitar 5menit,kami tiba  di  atas jembatan,yang dibawahnya ada air yang mengalir dengan deras. Kami  berhenti. Pak Yunus menatap saya dalam dalam. dan bertanya,:" Apakah kau tampak apa yang hanyut di bawa sana?"Hanya dengan menengok sekilas,saya memperhatikan arah jari tangan Pak Yunus menunjuk dan saya menjawab :" Sampah dan bangkai pak "

"Nah,kau sudah tengok, yang hanyur mengikuti arus adalah sampah dan bangkai . Ingat,kau bukan sampah dan bangkai, mengerti! "kata pak Yunus dengan suaranya khas Batak. Saya manggut manggut,walaupun belum mengerti kemana arah pembicaraan pak Yunus.Tapi saya diam dan menunggu,penjelasan selanjutnya.

Selang dua tiga detik, Pak Yunua sudah melanjutkan, "Aku tahu kau  orang jujur ,makanya Boss menempatkan kau dibagian "Timbangan". Kau  kuajak ke sini untuk mengingatkan. Dan aku tidak akan mengulangi untuk  kedua kalinya," katanya bersungguh-sungguh. Merinding juga saya  dibuatnya.

Tapi, saya dapat menangkap maksud baiknya, yakni disini akan  banyak godaan.dan bila saya tergoda,maka harga diri saya sama dengan sampah atau bangkai ayam. Kedengarannya nasihat yang amat kasar,tapi begitulah gaya pak Yunus berbicara

Ujian Hidup Itupun Tiba

Tidak  perlu menunggu lama. ternyata selang beberapa hari kemudian, salah seorang pedagang karet,mengajak saya kesatu sudut dan kemudian, menyerahkan sebuah bungkusan yang cukup tebal. Dengan perasaan heran,saya buka bungkusan tersebut,ternyata isinya segepok uang.

Masih dalam kondisi terpana,sang Jurangan Karet berbisik ketelinga saya:" Itu untuk kau Aseng .jumlahnya 10 kali gaji kau. Tugas kau cuma mengubah angka jumlah berat barang  2.421 Kg menjadi 4.221 Kg. Cuma itu "

Sempat dalam beberapa detik,pikiran saya terbayang istri saya yang kurus dan pucat,namun dengan  setia mendampingi saya tinggal di pemondokan buruh dipinggiran hutan. Tapi tiba tiba saya tersentak,terbayang suara pak Yunus :" Kau bukan sampah " Saya tersentak,bagaikan terbangun dari mimpi buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun