Ketika acara penyerahan hadiah selesai dan Sinterklas dengan dikawal Pit Hitam meninggalkan aula sekolah, saya lari kebalik tembok dan meraung sejadi jadinya disana. Perasaaan sebagai anak yang baru duduk di kelas 2 Sekolah Rakyat, dunia bagi saya sudah kiamat!. Pengalaman pahit tersebut walaupun sudah berlalu 65 tahun lalu masih sangat segar dalam ingatan saya.
Hari ini, selesai menghadiri Misa 1 di Gereja St. Mary, seluruh umat diminta untuk kelapangan yang lokasinya berada persis di samping Gereja. Tiba-tiba terdengar deru Helikopter yang sangat bising.
Kami semua menengok kearah suara, ternyata memang ada Helikopter yang sedang landing, begitu mendarat dengan selamat, maka tampak Santa melompat turun dan disambut dengan tepuk tangan meriah oleh umat.
Anak anak berebutan mau maju kedepan, tapi terhalang oleh pita pembatas yang sengaja dipasang untuk mengantisipasi agar ketika Helikopter landing, jangan sampai ada anak-anak yang berada di bawah sana.
Tentu saja saya sempat kaget. Tapi, setelah mendengar suaranya, saya baru tahu, ternyata yang menjadi Sinterklas adalah salah satu teman saya: "Hai You looks still young Effendi, Merry Christmas " Tapi siapa sesungguhnya di balik wajah Santa ini saya sungguh tidak ingat, hanya bisa mengira-ngira. Karena saya harus tahu diri, Santa yang ada di depan mata dan sedang memeluk saya bukan datang untuk saya pribadi, melainkan untuk ribuan orang lain yang menunggunya di sana.
Ho ho ho ho Merry Chritmas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H