Datang Dengan Helikopter dan Akrab Dengan Semua Orang!
Kalau di zaman dulu, Santa atau lebih dikenal dulu dengan panggilan "Sinterklas" datangnya selalu dikawal oleh dua orang Pit Hitam yang menyandang karung. Anak-anak kalau dipegang oleh Pit Hitam akan menjerit-jerit ketakutan, karena kuatir akan dimasukkan kedalam karung.
Sedangkan Sinterklas, tampil dengan wajah kalem dan berwibawa membagi bagikan permen dan hadiah hadiah lainnya. Namun, kemudian banyak timbul protes bahwa penampilan dan penempatan Pit Hitam sebagai Pengawal Pribadi Sinterklas dianggap melecehkan orang kulit berwarna. Sehingga selanjutnya, peran Pit Hitam ditiadakan."Â
Pada waktu itu, boleh dikatakan kisah ini sudah bagaikan melegenda. Bukan hanya anak anak TK, tapi juga yang sudah bersekolah dan duduk di bangku SD masih percaya akan hal tersebut.
Tetapi ternyata legenda semusim tersebut, cukup banyak membawa korban. Maksudnya : "korban" disini, bukan luka-luka secara fiisik, tapi hati anak-anak yang berasal dari keluarga miskin yang terluka.
Termasuk salah satunya adalah yang menulis artikel ini. Sejujurnya, sebagai seorang anak, selama bertahun tahun, menanti dengan sia-sia, menimbulkan rasa sakit yang mendalam dihati saya. Dalam hati saya berpikir "Sinterklas hanya untuk anak anak orang kaya".Â
Saya sama sekali tidak tahu dan tidak diberitahu bahwa hadiah hadiah luar biasa yang didapat oleh teman teman tetangga dan teman sekolah dari Sinterklas, sesungguhnya adalah dari oang tua mereka masing masing.
Bahkan ketika ada acara di rumah sekolah, Sinterklas datang dan membagikan hadiah kepada anak-anak yang rajin dan raportnya bagus. Kabar gembira ini, tentu saya sambut dengan sangat antusias.Karena yakin, pasti nama saya akan dipanggil untuk mendapatkan hadiah. Karena di kelas rapor saya termasuk yang terbaik dan kelakuan tercatat: "sangat baik"
Ketika acara penyerahan hadiah selesai dan Sinterklas dengan dikawal Pit Hitam meninggalkan aula sekolah, saya lari kebalik tembok dan meraung sejadi jadinya disana. Perasaaan sebagai anak yang baru duduk di kelas 2 Sekolah Rakyat, dunia bagi saya sudah kiamat!. Pengalaman pahit tersebut walaupun sudah berlalu 65 tahun lalu masih sangat segar dalam ingatan saya.
Hari ini, selesai menghadiri Misa 1 di Gereja St. Mary, seluruh umat diminta untuk kelapangan yang lokasinya berada persis di samping Gereja. Tiba-tiba terdengar deru Helikopter yang sangat bising.
Kami semua menengok kearah suara, ternyata memang ada Helikopter yang sedang landing, begitu mendarat dengan selamat, maka tampak Santa melompat turun dan disambut dengan tepuk tangan meriah oleh umat.
Anak anak berebutan mau maju kedepan, tapi terhalang oleh pita pembatas yang sengaja dipasang untuk mengantisipasi agar ketika Helikopter landing, jangan sampai ada anak-anak yang berada di bawah sana.
Tentu saja saya sempat kaget. Tapi, setelah mendengar suaranya, saya baru tahu, ternyata yang menjadi Sinterklas adalah salah satu teman saya: "Hai You looks still young Effendi, Merry Christmas " Tapi siapa sesungguhnya di balik wajah Santa ini saya sungguh tidak ingat, hanya bisa mengira-ngira. Karena saya harus tahu diri, Santa yang ada di depan mata dan sedang memeluk saya bukan datang untuk saya pribadi, melainkan untuk ribuan orang lain yang menunggunya di sana.
Ho ho ho ho Merry Chritmas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H