Para petugas ini sudah harus siap mental untuk dimaki-maki, maupun dalam bentuk tindakan fisik dengan menyiramkan air cabe ke petugas atau melempari dengan apa saja yang ada di depan mereka. Tugas para SatpolPP ini adalah melakukan penertiban dan pembersihan, sesuai perintah atasan agar DKI menjadi kota yang apik dan rapi, serta warga mendapatkan tempat tinggal yang layak di rusun.
Namun para warga yang terkait langsung dengan penertiban ini, sebagian tidak dapat menerima dan menganggap hal ini adalah sebuah bentuk penindasan. Tulisan ini bukanlah dalam konteks memberikan penilaian penilaian, melainkan semata dari sudut pandang anggota Satpol PP yang melakukan tugas ini.Â
Berdialog dengan Salah Seorang PetugasÂ
Suatu waktu saya ke Kantor Kecamatan Kemayoran di Jalan Yos Sudarso, untuk mengurus pembayaran PBB apartemen kami, yang sudah jatuh tempo. Kami diminta naik ke lantai 3 dan disambut dengan sangat santun oleh petugas.Â
Sementara duduk di bangku menunggu kendaraan, ada dua orang anggota SatPol PP di sana yang menyapa kami "lagi urus PBB pak, bu?" Agak surprise juga, karena selama ini dalam pikiran saya petugas SatPolPP adalah orang orang yang arogan dalam menjalankan tugasnya. Ternyata kali ini, malah kami yang disapa dengan sopan.Â
Maka kami jadi ngobrol hingga menyangkut masalah penertiban. "pak," kata Sudibyo dengan wajah serius, "Kami juga warga biasa yang kebetulan bertugas di bidang penertiban. Orang hanya menilai dari satu sisi saja, tapi jarang yang melihat dari sisi penderitaan kami. Ditimpuk kotoran, disiram air comberan dan bahkan dilempari dengan apa saja. Tidak ada yang tahu, bagaimana perasaan saya, ketika harus merombak rumah yang didiami orang orang tua sendiri. Walaupun saya tidak ikut turun dengan tangan sendiri untuk merobohkan, tapi saya ada di sana pak." kata mas Dibyo dengan pandangan mata menerawang.
Saya hanya terdiam. Sungguh, saya juga termasuk salah seorang, yang tidak pernah berpikir tentang perasaan mereka, karena selama ini yang ditampilkan di televisi dan berbagai media, adalah keganasan SatPol PP ini dalam melakukan upaya penertiban. Tak sekali jua menayangkan kisah bagaimana perasaan mereka ketika harus merobohkan rumah yang didiami kedua orang tuanya.Â
Macet? Semrawut? Jangan pikir bahwa hanya Jakarta yang macet dan semrawut. Bangkok jauh lebih parah. Bisa 2 jam stag di tengah jalan raya karena kemacetan. Kairo, ibu kota Mesir? Atau bagaimana dengan Paris? Athena? Amsterdam? Ya, silakan sesekali berkunjung dan membuktikan sendiri, bahwa kemacetan dan kesemrawutan itu bukan hanya milik Jakarta.