Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jakarta Bukan Kota Brengsek

28 Januari 2017   13:25 Diperbarui: 29 Januari 2017   08:32 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Jakarta di atas reruntuhan bangunan. Kompas.com

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Ada yang memahami bahwa mereka para petugas Satpol PP adalah orang yang ditugaskan untuk melakukan upaya penertiban dan pembersihan. Dan dalam melakukan tugas melakukan tugasnya, pasti tidak akan terluput dari terciptanya berbagai rasa tidak puas, bahkan perlawanan. Teramat jarang orang berpikir dari sudut pandang seorang Petugas SatPol PP ketika harus menggusur rumah orang tuanya sendiri.

Para petugas ini sudah harus siap mental untuk dimaki-maki, maupun dalam bentuk tindakan fisik dengan menyiramkan air cabe ke petugas atau melempari dengan apa saja yang ada di depan mereka. Tugas para SatpolPP ini adalah melakukan penertiban dan pembersihan, sesuai perintah atasan agar DKI menjadi kota yang apik dan rapi, serta warga mendapatkan tempat tinggal yang layak di rusun.

Namun para warga yang terkait langsung dengan penertiban ini, sebagian tidak dapat menerima dan menganggap hal ini adalah sebuah bentuk penindasan. Tulisan ini bukanlah dalam konteks memberikan penilaian penilaian, melainkan semata dari sudut pandang anggota Satpol PP yang melakukan tugas ini. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Yang selama ini ditampilkan adalah sikap arogan dari para Satpol PP ini, yang bertindak overacting dalam melakukan penertiban dan seakan tanpa kenal ampun. Namun benarkan mereka semua tidak punya perasaan kemanusiaan? 

Berdialog dengan Salah Seorang Petugas 

Suatu waktu saya ke Kantor Kecamatan Kemayoran di Jalan Yos Sudarso, untuk mengurus pembayaran PBB apartemen kami, yang sudah jatuh tempo. Kami diminta naik ke lantai 3 dan disambut dengan sangat santun oleh petugas. 

Sementara duduk di bangku menunggu kendaraan, ada dua orang anggota SatPol PP di sana yang menyapa kami "lagi urus PBB pak, bu?" Agak surprise juga, karena selama ini dalam pikiran saya petugas SatPolPP adalah orang orang yang arogan dalam menjalankan tugasnya. Ternyata kali ini, malah kami yang disapa dengan sopan. 

Maka kami jadi ngobrol hingga menyangkut masalah penertiban. "pak," kata Sudibyo dengan wajah serius, "Kami juga warga biasa yang kebetulan bertugas di bidang penertiban. Orang hanya menilai dari satu sisi saja, tapi jarang yang melihat dari sisi penderitaan kami. Ditimpuk kotoran, disiram air comberan dan bahkan dilempari dengan apa saja. Tidak ada yang tahu, bagaimana perasaan saya, ketika harus merombak rumah yang didiami orang orang tua sendiri. Walaupun saya tidak ikut turun dengan tangan sendiri untuk merobohkan, tapi saya ada di sana pak." kata mas Dibyo dengan pandangan mata menerawang.

Saya hanya terdiam. Sungguh, saya juga termasuk salah seorang, yang tidak pernah berpikir tentang perasaan mereka, karena selama ini yang ditampilkan di televisi dan berbagai media, adalah keganasan SatPol PP ini dalam melakukan upaya penertiban. Tak sekali jua menayangkan kisah bagaimana perasaan mereka ketika harus merobohkan rumah yang didiami kedua orang tuanya. 

salah satu sudut pasar tanah abang ,yang sudah dibersihkan dari sampah dan perman ,serta copet/tjiptadinata effendi
salah satu sudut pasar tanah abang ,yang sudah dibersihkan dari sampah dan perman ,serta copet/tjiptadinata effendi
Jakarta itu Indah

Macet? Semrawut? Jangan pikir bahwa hanya Jakarta yang macet dan semrawut. Bangkok jauh lebih parah. Bisa 2 jam stag di tengah jalan raya karena kemacetan. Kairo, ibu kota Mesir? Atau bagaimana dengan Paris? Athena? Amsterdam? Ya, silakan sesekali berkunjung dan membuktikan sendiri, bahwa kemacetan dan kesemrawutan itu bukan hanya milik Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun