Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebanggaan Sering Membuat Orang Lupa Diri

26 Juni 2016   11:51 Diperbarui: 26 Juni 2016   12:04 3244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*sukses? Kaya? Disyukuri..Jangan sombong. Tidak ada kekayaan yang abadi di dunia ini.*

Bangga Sering Membuat Orang Lupa Diri

Meraih kesuksesan demi kesuksesan tentu wajar saja bila orang sangat senang dan berbahagia. Setiap  orang tentu memiliki makna tersendiri tentang arti sukses. Bagi seorang karyawan ,bisa jadi sukses baginya adalah ketika di promosikan menjadi kepala bidang atau bahkan kepala kantor.Bagi PNS kurang lebih sama,yakni naik golongan atau dipromosikan jabatan,yang serta merta berarti juga meningkatnya pendapatan setiap bulan. Atau bagi seorang guru, sukses adalah ketika dilantik sebagai Kepala Sekolah.

Sedangkan bagi seorang wiraswasta, sukses bisa jadi ketika usahanya semakin maju dan mampu mengubah hidupnya, yang tadinya morat marit, menjadi nyaman dan aman. Merasa mendapatkan pencapaian demi pencapaian dalam hidup ,membuat orang bangga. Bila sampai disini,tentu saja masih dalam tahap kewajaran,yakni bangga atas prestasi yang berhasil dicapai,berkat kerja keras dan usahanya.

Bangga dan Berubah

Dalam perjalanan hidup,banyak sekali kita temui, orang orang yang dulunya sangat santun dan selalu menyapa kita disetiap pertemuan,namun setelah sukses, tampak sebuah perubahaan yang sangat drastis. Tidak ada lagi  sapaan yang tulus. Yang tersisa hanyalan sebatas sebuah formalitas dan tidak jarang ,tampak dipaksakan. Yang biasa dalam perjumpaan senantiasa mengucapkan :” Selamat pagi atau apa kabar?” Kini hanya sebatas :” Hai “ atau hanya sekedar melambaikan tangan atau menganggukkan kepala.

Penyebabnya adalah hidupnya sudah berubah. Yang sebelumnya nak motor butut, kini dipekarangan rumah sudah terparkir kendaraan sedan. Rumahnya yang  tadinya ditambal sulam dengan papan dan triplek,kini sudah direnovasi total ,menjadi rumah permanen.

Hidup berubah, rumah berubah dan sikapnya juga berubah total. Sayang sekali bukan berubah semakin baik sesuai dengan hidupnya, malahan sebaliknya.  Merasa diri sudah sukses, sehingga orang orang disekelilingnya dianggap kecil dan tidak perlu lagi dihargai

Orang lupa,bahwa di dunia ini ,tidak ada kekayaan yang abadi.Bahwa apa yang ada hari ini, besok belum tentu milik kita lagi.

Menggangap Orang Lain Tidak Penting

Merasa sudah memiliki segalanya, sering kali membuat orang lupa diri. Dan merasa bahwa kini,ia sudah tidak lagi membutuhkan orang lain.Bahwa dengan uang yang dimiliki atau dalam posisi yang ditempati kini,apapun akan dapat diperolehnya dengan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun