Bernafas Lega
Ketika pamitan, bu Rus menyalami kami berdua dihadapan istri,anak mantu kami dan berucap :” Luar biasa,ternyata apa yang pak Tjipta tuliskan di Kompasiana, semuanya benar “
Saya bernafas lega. Satu kalimat bersahaja,yang bagi orang lain,mungkin tidak ada artinya, tetapi bagi saya ,sangat besar artinya. Yakni sudah dikonfirmasi ,bahwa saya tidak menuliskan kebohongan.
Seandainya, bu Rus mengatakan bahwa apa yang saya tulis tidak benar, maka dimana dapat saya sembunyikan wajah saya? Istri,anak mantu dan cucu cucu, sudah tidak akan percaya lagi ,akan apa yang saya jelaskan,kalau saya menuliskan sebuah kebohongan.
Seandainya ada keraguan, lebih baik kisah nyata kita masukkan ke fiksi, dari pada yang seharusnya masuk ke kanal fiksi ,salah ditempatkan di kanal gaya hidup atau humaniora. Karena sekali salah penempatan, walaupun disusul dengan permohonan maaf, sudah tidak dapat mengubah apapun lagi.Ibarat anak panah lepas dari busurnya, tak ada lagi yang dapat mengejarnya
Menulis Biografi, Jangan Menuliskan Imaginasi
Ketika menuliskan tentang biografi kita, jangan dicampur aduk dengan imaginasi . Harus ada sekat yang jelas dan tegas,yang membedakan antara menuliskan kisah nyata dan imaginasi. Hal ini untuk menjaga, seandainya ada orang yang melakukan cross check ,tentang apa yang kita tulis,maka kita tidak akan dipermalukan. Karena sekali menuliskan kebohongan,maka akan menjadi tugu kebohongan sepanjang hayat kita,bahkan setelah kita tiada, stigma sebagai :” Penulis Kebohongan “ akan terus terpateri pada nama kita.
Musim dingin, western Australia 8 Juni, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H