Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Menulis Kebohongan!

8 Juni 2016   18:24 Diperbarui: 8 Juni 2016   19:48 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuliskan Kebohongan Akan Mempermalukan Seluruh Keluarga Kita !

Berbohong secara lisan akan didengar dan dingat oleh beberapa orang. Tapi menuliskan kebohongan, maka kebohongan itu akan menjadi abadi dan mempermalukan,bukan hanya diri Penulisnya, melainkan seluruh anggota keluarga.Bahkan mungkin sampai anak anak cucunya kelak akan mendapatkan stigma :” Pembohong’

Bahwa berbohong itu tidak baik,anak anak balita juga sudah tahu. Buktinya, kalau seorang anak balita megambil permen tanpa minta ijin dan ketika ditanya,maka ia akan menjawab :” Ngga ada tuh”.tapi kedua tangannya yang mengenggam permen disembunyikan dibelakang . Mengapa disembunyikan? Karena balita ini tahu, bahwa berbohong itu salah. Saya tidak berani bilang dosa atau tidak ,karena saya bukan tokoh agama. Yang jelas berbohong itu tidak baik dan orang tidak suka dibohongi, dalam hal apapun.

Sekali saja kita menuliskan tentang kebohongan dan ketahuan, maka apapun yang kita katakan atau ktia tulis selanjutnya, walaupun sungguh sungguh terjadi, tak akan ada lagi yang mau mempercayainya. Karena stigma :” Pembohong” sudah terpateri atas diri kita.

Hal Yang Mungkin Tidak Pernah Terpikirkan

Bila kita menuliskan tentang biografi ,bagaimana morat maritnya kehidupan yang pernah dialami selama bertahun tahun. Bahkan pernah menjadi kuli bongkar muat barang ,bahkan tidak jarang harus berhutang ,hanya untuk bisa makan malam bersama keluarga.mungkin kita pikir tidak merugikan siapapun. Dan Karena tidak merugikan siapapun tentang apa yang kita tulis, baik merugikan nama baik orang ,bahkan tidak menyinggung seorangpun, kita yakin bahwa tak seorangpun yang akan memperdulikannya. Apalagi sampai melakukan cross check tentang kebenaran konten tulisan kita. Hal inilah yang pada awalnya menjadi keyakinan saya juga.

Keyakinan saya selama ini,bahwa pembaca tidak akan peduli,apakah biografi yang saya tulis adalah benar diangkat dari kehidupan nyata kami atau hanya imaginasi ,untuk menambah bumbu pada tulisan saja. Ternyata apa yang saya pikirkan salah total!

tanah-kongsi-naskah-575813a083afbdf908c3cec2.jpg
tanah-kongsi-naskah-575813a083afbdf908c3cec2.jpg
keterangan foto: pada gambar adalah pasar Tanah Kongsi di kota Padang pada waktu dulu, dimana kami tinggal dan berjualan kelapa bertahun tahun,,Kini sudah lebih bersih,tapi masih banyak bangunan yang dulu,/foto dokumentasi pribadi

Dikunjungi ,Dibuat Peta dan di Dokumentasikan

Tadi malam ada tamu datang dari Indonesia.Teman  putra kami , ibu Rus  juga kenal baik dengan kami. Khusus menemui kami,untuk menyatakan bahwa beliau sudah menelusuri tempat tingggal kami sewaktu di kota Padang. Baik di Pasar Tanah Kongsi,sewaktu kami hidup dalam kemelaratan, bahkan ada schema yang dibuat sangat jelas. Sempat memotret bagian dalam dari kedai tempat kami jualan kelapa dulu, yang merangkap jadi tempat tinggal kami. Mengkonfirmasikan pada tetangga kiri dan kanan,bahwa memang ,kami memang tinggal bertahun tahun disana dan berjualan kelapa.

Selanjutnya ,menyempatkan diri mendatangi  bekas kantor dan gudang kami di Jalan Niaga, tepatnya didepan Pos Polisi Pondok dan memotret bangunan tersebut. Sempat menahan nafas beberapa saat mendengarkan bu Rus bercerita,bagaimana beliau melakukan napak tilas kehidupan kami.

Bernafas Lega

Ketika pamitan, bu Rus menyalami kami berdua dihadapan istri,anak mantu kami dan berucap :” Luar biasa,ternyata apa yang pak Tjipta tuliskan di Kompasiana, semuanya benar “

Saya bernafas lega. Satu kalimat bersahaja,yang bagi orang lain,mungkin tidak ada artinya, tetapi bagi saya ,sangat besar artinya. Yakni sudah dikonfirmasi ,bahwa saya tidak menuliskan kebohongan.

Seandainya, bu Rus mengatakan bahwa apa yang saya tulis tidak benar, maka dimana dapat saya sembunyikan wajah saya?  Istri,anak mantu dan cucu cucu, sudah tidak akan percaya lagi ,akan apa yang saya jelaskan,kalau saya menuliskan sebuah kebohongan.

Seandainya ada keraguan, lebih baik kisah nyata kita masukkan ke fiksi, dari pada yang seharusnya  masuk ke kanal fiksi ,salah ditempatkan di kanal gaya hidup atau humaniora. Karena sekali salah penempatan, walaupun disusul dengan permohonan maaf, sudah tidak dapat mengubah apapun lagi.Ibarat anak panah lepas dari busurnya, tak ada lagi yang dapat mengejarnya

Menulis Biografi, Jangan Menuliskan Imaginasi

Ketika menuliskan  tentang biografi kita, jangan dicampur aduk dengan imaginasi . Harus ada sekat yang jelas dan tegas,yang membedakan antara menuliskan kisah nyata dan imaginasi. Hal ini untuk menjaga, seandainya ada orang yang melakukan cross check ,tentang apa yang kita tulis,maka kita tidak akan dipermalukan. Karena sekali menuliskan kebohongan,maka akan menjadi tugu kebohongan sepanjang hayat kita,bahkan setelah kita tiada, stigma sebagai :” Penulis Kebohongan “ akan terus terpateri pada nama kita.

Musim dingin, western Australia 8 Juni, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun